Suatu contoh ketika anak bermain dengan temannya, anak melihat bahwa orang lain bisa memiliki mainan yang bagus.
Anak mungkin akan berpikir, "Aku ingin memainkan mainan dia, aku harus mengambilnya!"
Baca Juga: Para Orang Harus Tahu, Nih! Cara Memarahi Anak yang Tepat Menurut Parenting Islam
Alhasil anak akan merebut mainan temannya dengan emosi marah atau bahkan sedih.
Maka hal ini jangan dulu dianggap sebagai perilaku dari anak nakal, ya bunda.
Sebab, mereka sedang belajar survive, menyatakan keinginannya dengan mengambil mainan temannya meski mereka belum tau cara yang baik bagaimana.
Sebagian besar orangtua akan mengambil alih untuk meminjamkan mainan untuk anaknya, padahal ini justru menjadi akar dari tindakan mempermalukan anak, loh.
Karena sebelumnya anak telah memiliki kehendak untuk meminjam dengan caranya yang belum tepat, sementara mereka merasa dianggap tidak mampu.
Tindakan mempermalukan anak pada orangtua selain mudah mengambil alih apa yang sebenarnya ia ingin lakukan sendiri bisa juga berupa kata-kata.
"Jangan gitu, sini bunda saja, kamu belum bisa!"
Baca Juga: Pentingnya Orang Tua Memahami Ilmu Parenting Islam, Perihal Amanah dan Perhatian untuk Anak-anak
Erikson menyatakan dalam Psikologi Kepribadian bahwa jika orangtua sering menganggap bahwa anak-anak tidak bisa melakukan keputusannya sendiri mengakibatkan inisiatif anak berkurang, kepercayaan diri buruk, dan akan mungkin mengalami krisis psikososial.
Di usia toddler (usia 1-3 tahun) ini anak memang matang dalam memahami konsep kepemilikan, namun anak belum mengerti konsep benar atau salah,
Mereka mungkin akan berpikir "Apakah milik mereka bisa aku pakai? Aku berusaha mengambilnya dan malah disalahkan oleh ibu, aku tidak tau apa mengambil salah?"
Seiring dengan adanya pemahaman bahwa anak bisa mengetahui kehendak pribadinya, anak juga lebih terkesan egois. Mengharapkan semua yang diinginkan menjadi miliknya.