Orang yang hidup di masa sini-kini tidak lagi terbelenggu masa lalu, ia juga tidak terlalu memikirkan masa depan karena telah menikmati hidupnya di sini – saat ini, menjalaninya dengan baik dan bahagia.
Mereka cenderung lebih mampu menyelaraskan pikiran, emosi, dan sensasi tubuh, sehingga dapat menyampaikan bagaimana berpikir dan merasakan, baik untuk diri sendiri maupun orang lain.
Salah satu paradoks hidup yang paling tajam adalah bahwa masa depan yang paling cerah bergantung pada kemampuan kita untuk memperhatikan saat ini.
Ada beberapa hal yang perlu kita ingat untuk menjaga kualitas kehidupan kita di masa sini-kini.
Pertama, kamu bukan pikiranmu.
Seringkali kita melewatkan waktu yang kita miliki hanya untuk mengenang kenangan-kenangan masa lalu, atau cepas dengan hal-hal di masa depan.
Waktu yang seharusnya dimanfaatkan dengan baik untuk menjalani kehidupan sekarang justru terbuang dan kita tidak mendapatkan apa-apa.
Pikiran harus dikendalikan, jangan sampai kita yang dikendalikan oleh pikiran kita sendiri.
Pikiran dapat mengalir seperti air sungai yang tenang atau air terjun yang memekakkan telinga, tergantung bagaimana kita mengendalikannya.
Kedua, jangan biarkan pikiranmu mencuri waktumu.
Misalnya saat hari Minggu malam tiba-tiba kita merasa tertekan karena besok adalah hari Senin, liburan berakhir dan tugas atau pekerjaan akan segera merenggut waktu istirahat itu.
Pemikiran yang seperti ini sebenarnya sudah mencuri waktu, seharusnya masih bisa rileks menonton drama Korea di Minggu malam, tapi pikiran kita sudah buru-buru cemas tentang hari Senin.
Ketiga, terapkan sini-kini dalam aktivitas sehari-hari.
Salah satu cara untuk berada di masa sini-kini adalah dengan memperhatikan hal-hal kecil di sekitar kita.
Mengamati kembali bagaimana warna dinding kamar, bagaimana keadaan langit dan lantai yang kita lihat, berapa banyak lampu yang kita hitung, dan lainnya.