Terlepas dari pentingnya seorang wanita yang harus mengenyam pendidikan yang lebih tinggi hanya akan menjadi seorang ibu rumah tangga.
Memang betul, seorang wanita yang nantinya sudah memiliki status seorang isteri, kewajibannya hanya akan mengurus anak-anaknya dan menghormati suaminya.
Baca Juga: Dijamin Tidak Jenuh! Muslimah Harus Coba Tips Ini, Agar Membaca Menjadi Kegiatan yang Menyenangkan
Namun, terlihat sangat jelas, anak-anak yang terlahir dari wanita yang berpendidikan akan berbeda dengan anak-anak yang terlahir dari wanita yang biasa saja.
Maksud berpendidikan disini adalah tidak hanya sekedar wanita yang mampu mengenyam pendidikan tingkat atas, melainkan pendidikan di zaman sekarang bisa kita peroleh dari dalam instansi (sekolah atau perguruan tinggi) ataupun di luar instansi.
Banyak sekali program-program yang mampu mengembangkan potensi yang ada pada diri kita, seperti kursus menjahit, memasak, merajut dan lain sebagainya.
Potensi-potensi itu perlu dikembangkan dan nantinya akan mampu menginspirasi masyarakat sekitar.
Mengapa wanita harus seperti itu? Padahal kan kalau sudah menikah seluruh kebutuhan kita sudah menjadi tanggung jawab suami.
Memang betul, di dalam Islam sendiri, wanita diusahakan harus menjadi wanita mandiri, tidak bergantung dengan suami.
Lalu bagaimana untuk wanita yang belum menikah?
Tentu hal itu akan menjadi high value dalam dirinya, dan itu juga akan mempengaruhi laki-laki mana yang mampu mendapatkannya.
Ketika wanita memiliki high value dan mampu menginspirasi orang-orang di sekitarnya, tentu laki-laki akan memandangnya sebagai permata berlian yang untuk mendapatkannya harus dengan bayaran yang sangat tinggi.
Bayaran tinggi ini diartikan sebagai “tidak bisa didapatkan oleh sembarang laki-laki,” tentu wanita yang memiliki high value akan mendapatkan laki-laki yang setara dengan dirinya bahkan lebih.
Menjadi wanita yang mampu menginspirasi masyarakat sekitar tentu akan menjadi bagian dari amal jariyah kita.