Allah berfirman dalam Al-Quran,
وَقُلْ اعْمَلُوا فَسَيَرَى اللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ وَسَتُرَدُّونَ إِلَىٰ عَارِفِ الْغَيْبِ وَالشَّاهِدِ فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ
"Dan katakanlah: 'Beramallah kamu, maka Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman akan melihat amalmu.'" (QS. At-Tawbah: 105).
Ayat ini mengingatkan kita bahwa amal saleh tidak bisa ditunda hanya karena alasan kelelahan.
Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam pun bersabda, "Tidak ada amalan yang lebih dicintai oleh Allah selain amalan yang dilakukan secara konsisten, meskipun sedikit."
Artinya, tidak ada alasan bagi kita untuk berhenti beramal, bahkan ketika tubuh kita merasa lelah.
Dalam sejarah kehidupan para sahabat Nabi, kita menemukan banyak teladan tentang bagaimana mereka tetap beramal meski dalam kondisi yang sangat sulit.
Salah satu kisah yang menarik adalah cerita tentang seorang sahabat yang rumahnya sangat jauh dari masjid.
Baca Juga: Khutbah Jumat Ustadz Khalid Basalamah: Menyambut Hari Kembali Kepada Allah dengan Iman dan Takwa
Meskipun perjalanan ke masjid begitu berat dan jauh, dia tetap berjalan kaki setiap hari untuk melaksanakan shalat berjamaah.
Bahkan, dia menolak tawaran untuk membeli kendaraan agar perjalanannya lebih mudah.
Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam pun bersabda,
"Setiap langkah yang diambilnya dari rumah menuju masjid, akan dihitung sebagai pahala dan menghapus dosa-dosanya."
Keteguhan hati sahabat ini menunjukkan bahwa meskipun lelah dan kesulitan ada, yang terpenting adalah niat dan kesungguhan dalam beramal.
Jika kita mampu melihat amalan sebagai jalan menuju pahala dan pengampunan dosa, maka rasa lelah pun tidak akan menjadi hambatan.