Dalam hukum Islam, ada perbedaan pendapat di kalangan ulama mengenai penggunaan cerita fiksi.
Beberapa ulama membolehkan penggunaan cerita fiksi selama tujuan utamanya adalah mendidik dan memberikan hikmah yang sesuai dengan ajaran Islam.
Mereka berpendapat bahwa cerita seperti itu dapat membantu memperjelas konsep-konsep yang mungkin sulit dipahami hanya melalui penjelasan verbal.
Di sisi lain, ada juga pendapat yang lebih konservatif yang menyarankan agar cerita-cerita tersebut tidak mengandung unsur kebohongan atau penyesatan.
Misalnya, cerita yang menggambarkan hewan berbicara atau berinteraksi dengan manusia mungkin dipandang sebagai sesuatu yang tidak sesuai dengan realitas.
Tetapi jika cerita tersebut disajikan dengan jelas sebagai fiksi dan untuk tujuan pendidikan, maka tidak dianggap masalah besar.
Kisah Menginspirasi dalam Perspektif Syariah
Cerita Islami yang mengandung hikmah dan inspirasi sering kali digunakan untuk memberikan contoh yang baik dalam kehidupan sehari-hari.
Kisah-kisah ini bisa berupa narasi sejarah atau cerita fiksi yang menekankan nilai-nilai moral seperti kejujuran, kesabaran, dan kebijaksanaan.
Kisah-kisah tersebut membantu masyarakat memahami prinsip-prinsip Islam dengan cara yang lebih mudah diterima dan diingat.
Baca Juga: Cerpen Series Muslimah: Kesetiaan Khadijah Pada Nabi Muhammad SAW Menjadi Bukti Cinta Sejati
Dalam hal ini, penting untuk memastikan bahwa cerita yang disampaikan sesuai dengan ajaran syariah dan tidak mengandung unsur yang bertentangan dengan nilai-nilai Islam.
Menyampaikan cerita dengan niat yang baik dan untuk tujuan pendidikan yang sah adalah hal yang diperbolehkan, asalkan kita memastikan bahwa pesan yang disampaikan sesuai dengan ajaran agama.
Dalam Islam, cerita dan fiksi dapat digunakan untuk menyampaikan pelajaran dan hikmah selama tidak menyimpang dari prinsip-prinsip syariah.
Ustadz Syafiq Riza Basalamah dan para ulama lainnya menggarisbawahi bahwa penting untuk menyampaikan dengan jelas bahwa cerita yang disajikan adalah fiksi dan bertujuan mendidik.