khazanah

Kewajiban Taat kepada Pemimpin: Prinsip Penting Seorang Muslim yang Harus Dijalani dalam Pembuktian Akidahnya

Jumat, 2 Agustus 2024 | 20:58 WIB
Kewajiban taat kepada pemimpin adalah salah satu bukti kokohnya akidah seorang muslim. ((Foto: GENMUSLIM.id / Dok: Canva Dhany))

Dari kisah yang tercantum di surah Al-Baqarah ayat 246 sampai 251 ini, kita bisa mengambil pelajaran untuk tidak meremehkan kapasitas seorang pemimpin.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun sudah memberikan wasiat terkait hal ini.

Beliau bersabda, “Aku wasiatkan kepada kalian agar tetap bertakwa kepada Allah Yang Mahamulia lagi Mahatinggi, tetaplah mendengar dan mentaati, walaupun yang memerintah kalian adalah seorang budak hitam.” (HR. Abu Dawud no. 4607 dan at-Tirmidzi no. 2676)

Apapun aturan dan kebijakan yang dibuat oleh pemimpin, selama itu adalah kebaikan dan bermanfaat untuk rakyatnya, seorang muslim wajib taat kepadanya.

Kewajiban taat kepada pemimpin ini menunjukkan kelurusan dan keteguhan akidah seorang muslim.

Baca Juga: Ternyata Ujian Tanda Cinta Allah yang Bisa Menjadikan Kekal di Dalam Surga, Bukan Harta dan Kemewahan Duniawi

Ketaatan kepada pemimpin dianggap taat pula kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Allah ‘Azza wa Jalla.

Rasulullah bersabda, “Barangsiapa yang taat kepadaku berarti ia telah taat kepada Allah dan barangsiapa yang durhaka kepadaku berarti ia telah durhaka kepada Allah, barangsiapa yang taat kepada amirku (yang muslim) maka ia taat kepadaku dan barangsiapa yang maksiat kepada amirku, maka ia maksiat kepadaku.” (HR. Bukhari no. 7137 dan Muslim no. 1835)

Prinsip kewajiban taat kepada pemimpin ini meskipun terlihat remeh, contohnya memakai helm ketika mengendarai motor, bisa membuat kita mendapatkan pahala darinya. Dan dianggap bermaksiat apabila melanggarnya.

Pembuktian keteguhan akidah ini juga diungkapkan oleh Imam Al-Barbahari di dalam kitab akidahnya yang sangat terkenal, yaitu Syarhus Sunnah.

Beliau berkata, “Jika engkau melihat seseorang mendoakan keburukan kepada pemimpin, ketahuilah bahwa ia termasuk salah satu pengikut hawa nafsu. Namun jika engkau melihat seseorang mendoakan kebaikan kepada seorang pemimpin, ketahuilah bahwa ia termasuk Ahlus Sunnah, insya Allah.”

Ada pendapat yang sangat masyhur dari kalangan ulama Salafush Shalih, yaitu Fudhail bin ‘Iyadh, tentang perkara ini.

Beliau berujar, “Jikalau aku mempunyai doa yang baik yang akan dikabulkan, maka semuanya akan aku tujukan bagi para pemimpin.”

Ketika ditanya oleh sahabatnya tentang maksud dari ucapannya itu, Fudhail bin ‘Iyadh memberikan jawaban yang memiliki makna sangat mendalam.

Beliau menjelaskan, “Apabila doa itu hanya aku tujukan bagi diriku, tidak lebih hanya bermanfaat bagi diriku. Namun apabila aku tujukan kepada pemimpin dan ternyata para pemimpin berubah menjadi baik, maka semua orang dan negara akan merasakan manfaat dan kebaikannya.”

Halaman:

Tags

Terkini