Perbedaan tempat penyebutan kedua peristiwa ini oleh Allah dalam surat berbeda juga menunjukkan dua mukjizat yang berbeda.
Jika isra’ adalah mukjizat yang tidak ada satupun penduduk bumi yang mampu melakukannya, maka mi'raj adalah mukjizat yang bahkan penduduk langit pun tak dapat melakukannya.
Bukankah disebutkan bahwa Jibril hanya mampu berjalan menemani Nabi hingga ke Sidratul Muntaha,
Sementara perjalanan berikutnya Nabi SAW yang dapat melakukannya hingga sampai bertemu Allah SWt ditempat yang hanya diketahui oleh Nabi dan Allah saja.
Perjalanan isra’ mi'raj Nabi SAW untuk bertemu dengan Allah SWT sekaligus menjadi bukti nyata kedudukan Nabi Muhammad SAW sebagai kekasih Allah.
Demikian itu dikarenakan pertemuan tersebut adalah kehendak Allah SWT tanpa sepengetahuan dan persiapan Nabi Muhammad SAW.
Isra’ mi’raj tak hanya merupakan perjalanan yang begitu menakjubkan, tetapi juga sebuah perjalanan yang penuh hikmah.
Berikut hikmah-hikmah yang dapat kita ambil dari perjalanan isra’mi’raj Nabi Muhammad SAW.
- Tingginya Derajat Kehambaan
Penyebutan Nabi Muhammad SAW dalam ayat Isra’ (QS Al-Isra [17]: 1) menggunakan kata ‘Abdun’ yang memiliki arti hamba, tidak menggunakan –misalkan– kata ‘nabi’, ‘rasul’ atau pun ‘khalil’ (kekasih).
Ini menunjukkan bahwa derajat kehambaan di sisi Allah memiliki nilai yang sangat tinggi.
- Pembekalan Dakwah untuk Rasulullah
Seperti yang kita tahu, sebelum peristiwa isra’ mi'raj, Rasulullah SAW berdakwah di kota Makkah. Di sana Rasulullah merasakan beratnya cobaan dan ujian yang dihadapinya.
Ditinggalkan orang-orang tercinta tempat beliau bersandar, berdiri ditengah keganasan orang-orang Quraisy saat menindasnya.
Kemudian Allah mengganti dukanya dengan memberikan perjalanan yang menakjubkan yaitu isra’ mi'raj.
Hal itu telah diatur oleh Allah SWT agar Rasulullah SAW menjadi sosok yang Tangguh. Karena tantangan dakwah beliau kedepannya akan lebih sulit dan berat.