GENMUSLIM.id - Ketika peradaban Islam mulai meluaskan wilayahnya, perjumpaan-perjumpaan dengan kebudayaan peradaban lain tak terelakkan, sehingga menimbulkan sikap menerima seutuhnya, menerima dengan rasa kritis dan menolak seutuhnya terutama pada masalah falsafah, salah satu tokoh besar di antaranya ialah Al Kindi.
Sebagaimana diterangkan di dalam buku Pengantar Filsafat Islam, Ahmad Hanafi menyebutkan bahwa tokoh falsafah Islam yang dikenal luas dengan sebutan Al Kindi ini mempunyai nama lengkap Al Kindi Abu Yusuf Yacub bin Ishaq bin Ashshabah bin Imran bin Ismail bin Muhammad bin Al Asy’ats bin Qais Al Kindi.
Al Kindi sebagai salah satu tokoh falsafah besar dalam sejarah Islam lahir di Kufah sekitar tahun 185 H/801 M, dan meninggal tahun 260 H/873 M.
Dalam pergulatan falsafah Islam, Al Kindi dikenal sebagi filsuf Muslim yang mencoba mempertemukan gagasan-gagasan Plato dan Aristoteles dengan ajaran Islam, sehingga di kemudian hari sintesis pemikiran yang dilakukan oleh Al Kindi dikritik oleh pemikir Islam yang lebih hati-hati dalam menyikapi filsafat Yunani.
Baca Juga: Khazanah Falsafah Islam Klasik, Mengenal Biografi Filsuf Muslim Ibnu Arabi, Sebuah Pengantar
Meskipun mencoba menggabungkan gagasan filsafat Yunani dengan ajaran Islam, Al Kindi tetap berada pada posisi kritis, sehingga posisinya bisa dikatakan tidak menerima secara apa adanya.
Hal menarik dari Al Kindi ialah dia percaya kemampuan akal manusia untuk berpikir dan menganalisa peristiwa empiris, tetapi akal manusia tidak akan sampai atau terbatas dalam memahami metafisik.
Oleh karena itu, Al Kindi percaya tentang perlunya nabi yang diutus oleh Allah SWT untuk menerangkan hal-hal yang di luar jangkauan akal manusia.
Dengan demikian, Al Kindi tidak sependapat dengan pemikiran Aristoteles yang mengatakan bahwa alam semesta ini tidak diciptakan oleh Tuhan dan bersifat kekal abadi.
Menurut Al Kindi, alam ini berasal dari ciptaan Allah SWT yang semula tidak ada, sehingga alam ini tidak bersifat kekal, dan argumen Al Kindi ini kelak dikembangkan oleh Al Ghazali dalam proyeknya mengkritik gagasan para filsuf.
Menurut Al Kindi, falsafah bisa didefinisikan sebagai cinta kebijaksanaan dan berusaha meneladani sifat-sifat mulia Allah SWT sejauh dapat dijangkau oleh akal dan usaha manusia.
Apa yang diutarakan oleh Al Kindi tadi bukan berarti membuat semacam ‘Tuhan tandingan,’ melainkan sekedar meneladaninya, seperti Allah Maha Adil, manusia harus berusaha secara telaten dan maksimal untuk menjadi orang yang adil.
Dalam pandangan Al Kindi juga, falsafah adalah latihan untuk mati, dalam arti mematikan hawa nafsu untuk mencapai keutamaan.