“Adapun mengenai Baitullah aku serahkan sepenuhnya kepada yang memilikinya, hanya Dia lah yang bisa menjaganya dari kehancuran.”
Di balik Baitullah dia bermunajat kepada-Nya,
“Ya Tuhan sesungguhnya hamba-Mu telah menjaga apa yang telah menjadi miliknya (harta kekayaan). Jagalah apa yang Engkau miliki (Baitullah) dari kebinasaan. Kekuatan mereka tidak akan pernah dapat mengalahkan kekuatan-Mu. Jika engkau meninggalkan kami dan Ka'bah-Mu, kepada siapa lagi kami harus meminta pertolongan dan perlindungan?”
Tidak ada seorang pun yang sanggup melindungi Baitullah ketika itu.
Seandainya Allah benar-benar murka terhadap umat manusia ketika itu, tentu lah dia akan menjadikan kiamat di kawasan tersebut.
Namun Allah dengan sifat Maha Pengasih dan Penyayang-Nya masih menghendaki keamanan, ketenangan, dan kedamaian untuk umat manusia.
Allah ta'ala kala itu mengirimkan burung burung Ababil untuk menghancurkan kekuatan pasukan bergajah yang dipimpin Raja Abrahah.
Ketika pasukan tersebut telah memasuki kota Makkah dan belum sempat mereka menghancurkan Ka'bah, mereka telah terlebih dahulu hancur binasa.
Demikianlah Allah SWT menyelamatkan Baitullah dengan cara menyelimuti kota Makkah dengan rahmat dan ridha-Nya.
Telah tiba waktunya bendera tauhid berkibar kembali di kawasan Makkah yang dikibarkan oleh keturunan Nabi Ismail AS.
Di tempat yang lain di sekitar Ka'bah, tepatnya di rumah Abdul Muthalib, suara riang gembira terdengar.
Sebab, dari rumah tersebut lahir seorang bayi laki laki yang merupakan cucu Abdul Muthallib, dari putranya bernama Abdullah (yang telah meninggal dunia) dan istrinya, Aminah.
Sang cucu kemudian diberi nama Muhammad.***