GENMUSLIM.id - Nama Umar bin Khattab dalam konteks Sejarah Peradaban Islam bukan nama yang asing, melainkan salah satu tokoh sahabat yang mempunyai banyak prestasi sekaligus teladan kepemimpinan yang mengagumkan.
Dalam sejarah peradaban Islam, setelah Abu Bakar Ash Shiddiq wafat, kepemimpinan umat Islam dilanjutkan oleh Umar bin Khattab.
Diangkatnya Umar bin Khattab sebagai pemimpin langsung dibaiat oleh segenap umat Islam, di mana umat Islam kala itu mengakui keimanan dan kecerdasannya, sehingga dalam sejarah peradaban Islam, pengangkatan Umar bin Khattab sebagai pemimpin pengganti Rasulullah SAW dan Abu Bakar Ash Shiddiq, tidak ada perdebatan alot di internal umat Islam.
Baca Juga: Pada Periode Madinah, Bagaimana Langkah Dakwah yang Dilakukan Nabi Muhammad SAW?
Menurut Harun Nasution, di dalam bukunya yang berjudul Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya Jilid 1, mengungkapkan bahwa Umar bin Khattab menyebut dirinya Khalifah Khalifati Rasulillah (pengganti dari pengganti Rasulullah).
Selain itu, Umar bin Khattab juga memperkenalkan istilah Amir al Mu’minin, yang berarti komandan orang-orang yang beriman.
Pada masa Khalifah Umar bin Khattab, gelombang ekspansi ke luar Jazirah Arab mengalami perkembangan yang sangat pesat.
Ibu Kota Syiria, Damaskus berhasil dibebaskan oleh pasukan Islam pada tahun 635 M.
Baca Juga: Jika Orang Tua Sudah Meninggal, Bagaimana Kewajiban Anak Menurut Ajaran Islam? Begini Penjelasannya!
Setahun setelahnya, ketika tentara Imperium Bizantium kalah dengan pasukan Islam, seluruh daerah Syria berhasil dikuasai oleh kekhalifahan Islam.
Kemudian, Syria menjadi basis kekuatan untuk melanjutkan ekspansi ke wilayah Persia hingga Mesir.
Persia berhasil diluluhlantahkan di bawah komando militer Sa’ad bin Abi Waqash dan Mesir di bawah komando militer Amr bin Ash.
Iskandaria yang merupakan ibu kota Mesir kala itu berhasil ditaklukan pada tahun 641 M, secara otomatis seluruh Mesir masuk administrasi pemerintahan Islam.
Qadisiyah, sebuah kota besar di Kekaisaran Persia jatuh pada tahun 637 M, dan dari Qadisiyah ekspansi dilanjutkan ke ibu kota Persia, yakni Al Madain.