Sebagaimana dalam sabda Nabi Muhammad SAW, "Ujian itu yang paling berat kepada para Nabi-Nabi."
Hadist tersebut dikatakan oleh Nabi Muhammad SAW ketika beliau sedang demam.
Ada seorang sahabat datang. Kemudian sahabat tersebut memegang baju dan selimut beliau.
Kemudian, yang sahabat tersebut rasakan adalah rasa panas demam yang ternyata tembus melalui baju dan selimut Nabi Muhammad SAW.
Kemudian, sahabat tersebut mengatakan kepada Nabi Muhammad SAW, "Ya Rasulallah, anda terkena demam yang tidak umum."
Baca Juga: Menag Nasaruddin Umar Berkomitmen Kepada Kurikulum Berbasis Toleransi di Indonesia, Apa Tujuannya?
"Iya, kami para nabi-nabi diuji dua kali lipat yang diuji kepada kalian", jawab Nabi Muhammad SAW.
Kemudian sahabat kembali bertanya, "Ya Rasulallah, apakah itu berarti kalian mendapat dua kali pahala?"
"Iya", jawab Nabi Muhammad SAW.
"Siapa yang paling berat ujiannya Ya Rasulallah?", tanya kembali sahabat.
"Ujian yang paling berat adalah para nabi-nabi dan orang yang mendekati nabi-nabi secara keimanan. Kemudian kalau imannya kuat, Allah SWT akan beratkan ujiannya", jawab Nabi Muhammad SAW.
Dari jawaban Nabi Muhammad SAW tersebut, Ustadz Khalid Basalamah mengartikan bahwa seluruh manusia diuji oleh Allah SWT sesuai dengan tingkat keimanannya masing-masing.
Jadi Ustadz Khalid Basalamah menyimpulkan bahwa pada dasarnya tidak mungkin seorang hamba Allah SWT yang tidak sanggup untuk menyelesaikan masalah yang diuji darinya.
Maka dari itu, ketika terdapat seseorang yang belum bisa menyelesaikan masalahnya secara berlarut-larut, maka orang tersebut sedang memiliki masalah tersendiri.
Terutama masalah dalam hubungan dengan Allah SWT. ***
