Namun, murid-muridnya khawatir bahwa umur mereka tidak akan cukup untuk menulis semuanya.
Ini menunjukkan betapa luasnya ilmu tafsir Alquran, yang jika diteliti dengan serius, akan terus memberi pemahaman baru.
Tafsir Ibnu Jarir yang dicetak menjadi 30 jilid menjadi salah satu rujukan utama dalam tafsir Alquran, menegaskan bahwa keajaiban Alquran tidak akan pernah habis untuk digali.
Ayat "Maliki Yaumiddin" juga menunjukkan bagaimana Alquran tidak hanya berfungsi sebagai kitab suci yang mengajarkan hukum, tetapi juga sebagai sumber ilmu yang menginspirasi kehidupan manusia.
Hari Pembalasan yang disebutkan di sini adalah hari ketika setiap amal manusia akan diperhitungkan, dan Allah sebagai penguasa tunggal akan memutuskan nasib setiap hamba-Nya.
Tafsir ayat ini juga mencakup makna bahwa adin dalam bahasa Arab tidak hanya berarti agama, tetapi juga hisab, yaitu perhitungan amal.
Ulama-ulama tafsir juga menegaskan bahwa Alquran adalah “lautan yang tidak bertepi”, di mana setiap orang yang mendalami kandungannya akan terus mendapatkan ilmu baru, baik itu dari sudut pandang hukum, akidah, maupun moral.
Rahimahullah, seorang ulama yang semangat menulis tafsir, mengatakan bahwa seorang mukmin yang mencermati Alquran akan selalu menemukan kebaruan dalam setiap bacaannya, menjadikan Alqur'an sebagai panduan sepanjang hayat.
Pada akhirnya, tafsir Alquran adalah jalan menuju pemahaman mendalam tentang kehidupan dan akhirat.
Dalam konteks "Maliki Yaumiddin", kita belajar bahwa Allah adalah penguasa sejati yang mengatur semua urusan makhluk-Nya dan yang akan mengadili mereka di Hari Pembalasan.
Tafsir ayat ini tidak hanya memperkaya pemahaman tentang siapa Allah, tetapi juga mempertegas keagungan dan kesempurnaan Alquran sebagai kitab yang abadi dan penuh keajaiban. ***