Menyikapi ujian dengan cara ini hanya akan memperburuk keadaan dan menjauhkan dari jalan keluar yang sebenarnya.
Baca Juga: Ustadz Hanan Attaki Menyampaikan Sebuah Kisah Tentang Ketetapan Tuhan, Benarkah Takdir Bisa Diubah?
Selanjutnya orang yang menyikapi ujian dengan bersabar, ada dua tipe orang bersabar yaitu sabar secara pasif dan sabar sambil memperbaiki diri.
Orang yang bersabar secara pasif menyikapi ujian dengan menerima tanpa ada proses untuk memperbaiki diri karena menganggap bahwa ujian tersebut adalah cara Allah untuk menaikkan derajatnya.
Kemudian orang yang bersabar sambil memperbaiki diri atau muhasabah, orang-orang ini tidak hanya bersabar secara pasif, melainkan menggunakan ujian sebagai kesempatan untuk memperbaiki diri.
Mereka sadar bahwa setiap musibah yang menimpa bisa jadi merupakan teguran dari Allah atas kesalahan atau dosa yang telah mereka lakukan.
Sikap inilah yang paling baik karena tidak hanya menerima takdir, tetapi juga menjadikan musibah sebagai sarana untuk memperbaiki kualitas diri.
Bagi orang yang bersabar dengan cara memperbaiki diri, mereka tidak hanya menerima ujian dengan diam.
Mereka aktif merenungi kesalahan yang mungkin telah dilakukan dan berusaha untuk memperbaikinya. Inilah yang disebut Ust. Hanan Attaki sebagai sabar yang produktif.
Muhasabah diri bukan hanya sekadar menghitung dosa-dosa, tetapi juga menelaah tindakan dan keputusan yang telah diambil dalam hidup.
Dengan introspeksi yang mendalam, seseorang bisa melihat celah-celah yang perlu diperbaiki agar kehidupan menjadi lebih baik.
Allah subhanahu wa ta'ala berfirman dalam Al-Qur'an Surah As Syura ayat 30 yang artinya:
"Apa saja musibah yang menimpa kamu adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar dari (kesalahan-kesalahan) mu." (QS. Asy-Syura: 30).
Baca Juga: Pilkada 2024 Semakin Panas, Bolehkah Memilih Pemimpin Non Muslim? Ustadz Abdul Somad Ada Jawabannya!
Ayat ini mengingatkan bahwa banyak dari musibah yang menimpa diri sebenarnya akibat dari perbuatan kita sendiri.
