Benarkah Perayaan Maulid Nabi Itu Bidah? Inilah Jawaban Ustadz Adi Hidayat dan Ustadz Subhan Bawazier Terkait Hal Ini

Photo Author
- Selasa, 17 September 2024 | 16:47 WIB
Pertanyaan perihal Maulid Nabi itu bidah sering muncul di bulan Rabiul Awal yang dijawab secara mendalam oleh Ustadz Adi Hidayat dan Subhan Bawazier dari berbagai sisi keilmuan (Foto: GENMUSLIM.id/Foto: Canva/Dhany Wahyudi)
Pertanyaan perihal Maulid Nabi itu bidah sering muncul di bulan Rabiul Awal yang dijawab secara mendalam oleh Ustadz Adi Hidayat dan Subhan Bawazier dari berbagai sisi keilmuan (Foto: GENMUSLIM.id/Foto: Canva/Dhany Wahyudi)

Artinya: Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.

Dari Abu Dzarr, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidaklah tertinggal sesuatu pun yang mendekatkan ke surga dan menjauhkan dari neraka melainkan telah dijelaskan semuanya kepada kalian.” (HR. Thabrani dalam Al-Mu’jamul Kabir)

Baca Juga: Ustadz Adi Hidayat Berikan Cara Bagaimana Menjadi Suami yang Baik untuk Keluarga: Lakukan Hal-Hal Ini!

Dari dua dalil tersebut, kita dibuat paham bahwa Rasulullah sudah menyampaikan semua jalan kebaikan kepada umatnya, melalui para sahabat, dan Islam sempurna di masa beliau, sehingga tidak perlu adanya inovasi dalam perkara agama.

Jika saja perayaan Maulid Nabi ini dianjurkan oleh Rasulullah, tentu perihal ini sudah tercantum di dalam kitab-kitab Hadits shahih.

Karena untuk perihal bersuci setelah buang air saja termaktub di dalam semua kitab Hadits, sementara perihal perayaan Maulid Nabi tidak pernah ada.

“Sebenarnya kalau khilaf pasti terjadi, sifat manusiawi. Cuma solusinya bukan debat kusir, tapi kembali kepada sunnah Nabi,” ujar Ustadz Subhan Bawazier.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang masih hidup sepeninggalku, dia akan melihat perselisihan yang banyak. Maka wajib atas kalian berpegang teguh dengan sunnahku dan sunnah para Khulafa’ur Rasyidin Al-Mahdiyyin sepeninggalku.” (HR. Abu Dawud no. 4607 dan Tirmidzi no. 2676)

Untuk membuktikan kecintaan kita kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, kita telusuri Sirah Nabawiyah dan mengamalkan sunnah-sunnahnya.

Sehingga beliau menjadi suri tauladan utama yang memang menjadi harapan Allah dan Rasul-Nya bagi seluruh umat Islam. ***

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Muhammad Reza Nurcholis, S.Si

Sumber: YouTube Fiqih Harian, Instagram @jejakshahabat

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Terpopuler

X