Tidak hanya Maulid Nabi saja, dia juga membuat lima perayaan maulid lainnya, yaitu untuk Ali bin Abi Thalib, Fathimah, Hasan, Husain, dan penguasa mereka.
Kemudian pada masa-masa setelahnya, perayaan ini disambut baik oleh kelompok Sufi yang kemudian membuat banyak qasidah dan puji-pujian untuk Rasulullah.
Hingga akhirnya bentuk perayaan Maulid Nabi ini terus dikerjakan oleh umat Islam, terutama di wilayah Asia Tenggara, salah satunya adalah Indonesia.
Terdapat berbagai bentuk ritual dalam perayaan ini, salah satunya pembacaan kitab Barzanji yang menceritakan kisah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Juga ada berbagai macam shalawat dan puji-pujian untuk Nabi yang ditulis oleh para ulama, dimana lafazh shalawatnya bukan berasal dari Hadits Nabi.
Kemudian ada juga hadrah, yaitu sikap berdiri ketika melantunkan lafazh tertentu, sebagai bentuk penghormatan akan kehadiran ruh Rasulullah.
Uniknya, semua bentuk ritual tadi diadopsi dari kelompok Syi’ah dan Sufi yang membesarkan perayaan Maulid Nabi ini sejak dahulu.
Sementara di kota Mekah dan Madinah sendiri, yang menjadi kiblat umat Islam sedunia dan teguh memegang kemurnian Islam, tidak pernah diadakan perayaan Maulid Nabi.
Justru perayaan ini rutin diadakan secara meriah di Iran dan Irak yang menjadi basis kelompok Syi’ah hingga kini.
Ustadz Subhan Bawazier juga mengutip konsep keislaman sahabat Nabi yang disebutkan oleh Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya, yaitu “Lau kaana khairan, lasabaquuna ilaih” yang artinya andaikata perkara itu baik, tentu para sahabat telah mendahului kita dalam mengamalkannya.
Tidak ada satu riwayat atau atsar pun dari para sahabat Nabi bahwa mereka pernah merayakan Maulid Nabi, padahal mereka sangat teguh dalam menjalankan segala kebaikan yang Rasulullah ajarkan.
Islam telah sempurna di masa Rasulullah masih hidup dan semua jalan kebaikan sudah beliau ajarkan kepada umatnya.
Allah Ta’ala berfirman di dalam surah Al-Ma’idah ayat 3:
ٱلْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِى وَرَضِيتُ لَكُمُ ٱلْإِسْلَٰمَ دِينًا