Namun, penting bagi kita untuk segera menyerahkan pujian tersebut kepada Allah agar terhindar dari penyakit hati seperti riya’ dan ‘ain.
Baca Juga: CEK FAKTA: Rahasia Kepala Nabi Yahya yang Disembunyikan di Bawah Sebuah Kubah Masjid di Damaskus
Ketika kita dipuji, Ustadz Riyadh menyarankan untuk segera mengucapkan kalimat seperti "Masyaallah" atau "Alhamdulillah," dan menegaskan bahwa segala pujian hanyalah milik Allah.
"Jangan kau nisbahkan kelebihan pada dirimu sehingga kau berkata, 'Gua tuh…' Jangan begitu, rusak sudah langsung itu," tegasnya.
Dengan menyerahkan seluruh pujian kepada Allah, kita tidak hanya lebih bersyukur, tetapi juga terlindungi dari perasaan riya’ yang dapat merusak keikhlasan kita.
Selain itu, Ustadz Riyadh juga memberikan nasihat penting bagi mereka yang memberikan pujian.
Ia mengingatkan agar pujian tersebut selalu disertai dengan penyerahan kepada Allah.
"Yang memuji pun dengan menyerahkannya kepada Allah," ujarnya.
Ini juga bagian dari adab ketika dipuji. Hal ini dilakukan agar kita tetap menjaga keikhlasan dan tidak menjadikan pujian sebagai bentuk pengakuan terhadap kemampuan diri sendiri, tetapi sebagai tanda syukur atas rahmat Allah.
Dalam menjaga keikhlasan, Ustadz Riyadh juga menekankan pentingnya sering memohon doa kepada Allah agar diberi keikhlasan dan dilindungi dari hal-hal yang dapat merusak keikhlasan tersebut.
"Senantiasa mohon doa keikhlasan, sering-sering juga di waktu yang sama memohon doa untuk dilindungi dari hal-hal yang merusak keikhlasan," sarannya.
Doa ini penting agar kita selalu berada di jalan yang benar dan tidak tergoda oleh godaan duniawi yang bisa merusak amal ibadah kita.
Selain itu, kebutuhan duniawi yang kita miliki juga bisa menjadi penghalang dalam menjaga keikhlasan.
Ustadz Riyadh mengingatkan agar kita tidak membiarkan kebutuhan-kebutuhan tersebut merusak amal saleh kita. "Jangan karena kebutuhan yang ada, kita melanggar aturan main Allah subhanahu wa taala," katanya.