Imbalan berupa surga menjadi motivasi yang sangat besar bagi kita untuk terus berjuang mengendalikan diri dan menghindari sifat marah.
Karena sejatinya, sifat ini adalah emosi negatif yang dapat merusak hubungan dengan sesama manusia. Oleh karena itu, sebisa mungkin kita menghindari sifat buruk ini.
Lalu Ustadz Muhammad Nuzul Dzikri melanjutkan dengan berkata bahwa inti dari emosi adalah ketika kita kurang dalam mengingat Allah.
Ketika kita merasa marah, secepat mungkin kita mengucapkan kalimat ta’awudz, yaitu “A’uudzubillaahi minasy syaithaanir rajiim” yang artinya “Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk.
Dalam sebuah hadits shahih yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, An-Nasa’i, dan Ibnu Hibban, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan kita sebuah doa agar tetap berkata yang benar ketika marah.
أَسْأَلُكَ كَلِمَةَ الْحَقِّ فِي الْغَضَبِ وَالرِّضَى
Artinya: “Aku memohon kepada-Mu perkataan yang benar pada saat marah dan ridha.”
Baca Juga: Ustadz Nuzul Dzikri Bagikan Tips Meraih Ketenangan dan Kebahagiaan, Cocok Buat Yang Suka Galau!
Lalu Ustadz Muhammad Nuzul Dzikri mencontohkan sikap yang baik dari ‘Ibadurrahman, yaitu hamba-hamba Allah Yang Maha Penyayang, sesuai yang tertera di surah Al-Furqan ayat 63:
وَعِبَادُ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى ٱلْأَرْضِ هَوْنًا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ ٱلْجَٰهِلُونَ قَالُوا۟ سَلَٰمًا
Artinya: “Dan hamba-hamba Tuhan Yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan.”
Jadi para ‘ibadurrahman ini, meski dicaci, dihina, dan difitnah, mereka tetap tenang, karena hati mereka selalu mengingat Allah.
Apa kunci ketenangan hati para ‘ibadurrahman ini? Dilanjutkan di ayat berikutnya:
وَٱلَّذِينَ يَبِيتُونَ لِرَبِّهِمْ سُجَّدًا وَقِيَٰمًا