GENMUSLIM.id - Kalender Hijriah, yang digunakan oleh umat Islam di seluruh dunia untuk menentukan hari-hari penting seperti Ramadan dan Idul Fitri, memiliki sistem unik dalam penghitungan bulannya.
Salah satu karakteristik utama dari kalender ini adalah variasi jumlah hari dalam satu bulan, yang berkisar antara 29 hingga 30 hari.
Fenomena ini sering menimbulkan pertanyaan, lalu apa penyebab variasi ini?
Dilansir oleh GENMUSLIM dari muhammadiyah.or.id pada Senin, 12 Agustus 2024 bahwasanya Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah,
Syamsul Anwar, menjelaskan dalam Seminar Kalender Hijriah Global Tunggal (KHGT) pada Sabtu, 10 Agustus 2024, bahwa setiap bulan dalam kalender Hijriah umumnya memiliki jumlah hari tidak kurang dari 29 dan tidak lebih dari 30 hari.
Meskipun demikian, jumlah hari dalam bulan-bulan tertentu, seperti Ramadan, dapat berbeda dari tahun ke tahun.
Misalnya, Ramadan bisa berlangsung 29 hari pada satu tahun dan 30 hari pada tahun lainnya.
Variasi ini berakar dari hadis Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim:
"Sesungguhnya kami adalah umat yang ummi; kami tidak bisa menulis dan tidak bisa melakukan hisab.
Bulan itu adalah demikian-demikian. Maksudnya adalah kadang-kadang dua puluh sembilan hari, dan kadang-kadang tiga puluh hari."
Hadis ini menegaskan bahwa perubahan jumlah hari dalam bulan Hijriah merupakan sesuatu yang sudah menjadi ketentuan.
Selain aspek syariat, argumen astronomis juga menjelaskan variasi ini. Peredaran bulan mengelilingi bumi memerlukan waktu sekitar 29,5 hari untuk satu siklus.