Ketika Nabi Khidir bersaksi di hadapan umat manusia, Dajjal memenggal kepalanya dan menggunakan kesaktiannya untuk melemahkan keimanan umat Islam terhadap kesaksian Nabi Khidir.
Setelah Nabi Khidir dipenggal dan disayat, Dajjal menggunakan ilmu sihirnya untuk membangkitkan dan menghidupkan kembali Nabi Khidir.
Kemudian, Dajjal meminta kepada semua orang yang menyaksikannya untuk mengakui bahwa dia adalah Tuhan mereka.
Akibatnya, beberapa orang mengikuti Dajjal dan percaya bahwa dia adalah Tuhan.
Namun, Nabi Khidir kembali menantangnya dan membuktikan bahwa Dajjal bukanlah Tuhan.
Nabi Khidir berkata kepada para pengikut Dajjal bahwa Dajjal tidak akan melakukan hal seperti itu kepada siapapun setelah dirinya.
Dajjal kemudian mencoba memenggal kepala Nabi Khidir untuk kedua kalinya, namun tidak mendapat izin dari Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Dajjal tidak mampu membunuhnya; bahkan pedang dan gergaji sekalipun tidak mampu melukai tubuh Nabi Khidir. Lalu, Dajjal melemparkan Nabi Khidir ke tanah.
Dalam sebuah hadits dijelaskan bahwa orang-orang yang menyaksikan kejadian itu mengakui bahwa Nabi Khidir adalah orang yang paling dekat derajatnya dengan Allah dan syahid yang paling tinggi di mata Allah.
Wafatnya Nabi Khidir ditunda hingga ia dipertemukan dengan Dajjal, sebagaimana hadits dari Abu Said Al-Khudri.
Cerita tersebut, adalah hasil jika seorang yang berpendapat untuk menyamakan Nabi Khidir dengan seorang pemuda yang ada dalam hadits yang dipenggal oleh Dajjal.
Karena faktanya Para ulama berbeda pendapat tentang apakah Nabi Khidir masih hidup atau sudah meninggal.
Pendapat pertama adalah bahwa dia masih hidup sampai sekarang, namun pendapat ini lemah.
Imam Ibnu Katsir berkata bahwa dalil-dalil pendapat ini berasal dari kisah-kisah orang-orang pada zaman dahulu dan zaman modern, serta hadis-hadis tentangnya, namun hadis-hadis tersebut tidak ada yang sahih.