Tauhid dan Istighfar, Dua Pilar Tegaknya Agama Islam: Untaian Hikmah dari Fatwa Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah

Photo Author
- Sabtu, 3 Agustus 2024 | 18:33 WIB
Dua pilar tegaknya agama Islam ialah tauhid dan istighfar.  ((Foto: GENMUSLIM.id / Dok: Canva Dhany))
Dua pilar tegaknya agama Islam ialah tauhid dan istighfar. ((Foto: GENMUSLIM.id / Dok: Canva Dhany))

Saat mengajakan agama kepada anaknya, Luqman mengingatkan perkara syirik ini, seperti yang tertulis di dalam surah Luqman ayat 13. 

وَإِذْ قَالَ لُقْمَٰنُ لِٱبْنِهِۦ وَهُوَ يَعِظُهُۥ يَٰبُنَىَّ لَا تُشْرِكْ بِٱللَّهِ ۖ إِنَّ ٱلشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ

Artinya: Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberikan pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.”

Dengan mentauhidkan Allah, kita mengakui kebesaran dan kekuasaan-Nya serta menempatkan-Nya sebagai pusat dari seluruh kehidupan.

Konsekuensi dari tauhid adalah penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah, menjalankan perintah-Nya, dan menjauhi larangan-Nya.

Selain tauhid, istighfar atau memohon ampunan kepada Allah juga menjadi kunci penting dari pilar tegaknya agama.

Istighfar menunjukkan kesadaran kita sebagai manusia yang tak luput dari kesalahan. Karena sejatinya, manusia itu adalah tempatnya lupa dan salah.

Baca Juga: Tidak Masuk Kerja Tapi Tetap Dapat Gaji, Bagaimana Hukumnya Dalam Islam? Simak Penjelasan Ustadz Dzulqarnain Berikut!

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri membaca istighfar, yang maknanya bertaubat, secara rutin setiap harinya.

Dalam sebuah hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah bersabda, “Demi Allah, sesungguhnya aku minta ampun (beristighfar) dan bertaubat kepada Allah dalam sehari lebih dari 70 kali.” (HR. Bukhari)

Dengan istighfar, kita memohon pengampunan Allah atas segala dosa dan berharap hati kita menjadi bersih dan lapang.

Terdapat kisah tentang keutamaan istighfar dari Hasan al-Bashri yang dicantumkan oleh Ibnu Hajar di dalam kitab Fathul Bari.

Di dalam kisah itu, Hasan al-Bashri dimintai nasihat oleh empat orang yang memiliki masalah berbeda. Ada yang mengadukan musim paceklik, yang lain karena kemiskinannya, yang satu lagi tentang kekeringan kebunnya, dan yang terakhir karena belum memiliki anak.

Uniknya, solusi untuk semua masalah itu, Hasan al-Bashri hanya meminta mereka beristighfar kepada Allah. Beliau lalu membacakan surah Nuh ayat 10-12 kepada muridnya yang hadir di tempat itu sebagai jawaban dari nasihatnya tersebut.

Baca Juga: DIKIRA SAMA! Perbedaan Jin Qorin dan Khodam, Siapakah yang Lebih Kuat Menyesatkan Manusia?

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Ninik Reatni Rukmiantika

Sumber: Buku Kumpulan Fatwa Ibnu Taimiyyah

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Terpopuler

X