GENMUSLIM.id - Akhir hidup seseorang memang sangat tidak menentu, ada yang ahli ibadah di akhir hayatnya menjadi fasik dan begitu juga sebaliknya orang fasik diangkat menjadi waliyullah, sebagaimana kisahnya yang ditulis dalam Kitab Al Mawaidzul Ushfuriyah.
Kisah yang terdapat dalam kitab Al Mawaidzul Ushfuriyah sangat menginspiratif dan dapat diambil hikmahnya.
Berikut ini akan diceritakan kisah orang fasik diangkat menjadi waliyullah pada masa Nabi Musa As., sebagaimana yang termaktub dalam kitab Al Mawaidzul Ushfuriyah.
Dilansir oleh GENMUSLIM dari kitab Al Mawaidzul Ushfuriyah karya Muhammad bin Abu Bakar al Usfury pada Ahad, 28 Juli 2024 tentang kisah orang fasik diangkat menjadi waliyullah, sebagaimana berikut:
Baca Juga: Bukan Emas maupun Perak, Inilah Mahar Nabi Musa ketika Melamar Anak Perempuan Nabi Syuaib
Ada sebuah cerita yang berkaitan dengan hadis kedua tentang larangan berputus asa
Pada zaman Nabi As., Ada seorang laki-laki fasik yang meninggal dunia. Pada saat itu, orang-orang enggan memandikan dan menguburkan jenazahnya karena kefasikannya.
Kemudian mereka memegang kakinya, menyeretnya dan membuangnya di tempat kotoran. Kemudian Allah memberikan wahyu kepada Nabi Musa As.:
“Hai Musa! Ada seorang laki-laki yang telah mati di kampung ini, dan dibuang di tempat kotoran ini. Ia adalah salah satu kekasih-Ku. Orang-orang enggan memandikan, mengkafani, dan menguburkan. Pergilah! Mandikanlah ia! Kafanilah ia! Sholatilah ia! Dan kuburkanlah ia!” perintah Allah.
Kemudian Nabi Musa As. mendatangi kampung tersebut dan bertanya kepada penduduk tentang mayat laki-laki itu.
Baca Juga: 7 Ciri-ciri Orang yang Didampingi Khodam Suci Waliyullah, Ternyata Banyak yang Tidak Menyadari
“Laki-laki itu telah mati dalam keadaan demikian dan demikian. Ia adalah orang fasik dan terlaknati,” Jelas penduduk.
Nabi Musa As. bertanya, “Dimana tempat mayatnya? Allah telah memberiku wahyu untuk mengurusnya. Beritahu aku dimana mayat itu berada?”
Lalu penduduk memberitahu dan mengantarkan Nabi Musa As. ke tempat mayat laki-laki itu berada. Akhirnya, Nabi Musa As. pergi ke tempat itu.