Dikutip dari kitab Ba’dai’izzuhur versi keterangan Muhammad bin Ahmad al- Hanafy, dengan karangan Imam Suyuthi, halaman 64 dijelaskan bahwa:
Pada hari atau malam 10 Muharram merupakan dimana berbagai peristiwa islam terjadi. Seperti selamatnya Nabi Nuh AS setelah terobang ambing banjir bandang.
Selain selamat, pada waktu itu, Nabi Nuh sedang melaksanakan puasa, ia pun menyuruh kaumnya juga berpuasa guna ungkapan rasa syukur.
Mereka juga mengumpulkan beberapa biji-bijian yang tersisa untuk dimakan bersama.
Selain nabi Nuh, ada pula peristiwa Karbala, tragedi terbunuhnya cucu Nabi, Al-Husain oleh kekuatan Zayid mu’awiyah.
Dalam adat jawa pada malam 10 Muharram atau suro juga dikenal dengan tradisi “Bubur Suro”. Atau sebuah kenduri yang diadakan sebagai bentuk syukur pada sang kuasa.
Meskipun dalam praktiknya mungkin ada beberapa piranti yang agak lain jika dipandang beberapa orang.
Selain istilah “Bubur Suro”, ada juga istilah “Nyadran”. Tradisi ini dimaknai berbeda di masing -masing wilayah menurut tipografinya.
Misal di daerah pesisir disebut “Nyadran Laut”, beda halnya di daerah pegunungan menjadi “Nyadran Bumi” atau “Sedekah Gunung”.
Tradisi ini kemungkinan sebagai bentuk “ Syar’u man Qablana” atau menjalankan syariat nabi terdahulu. Atau mungkin hanya bentuk asimilasi belaka.(al-Adah)
Disamping kenduri, ada juga “Jamas Pusaka”, atau memandikan pusaka yang kemungkinan hal ini dikiaskan pada perang karbala. ***