Inilah mengapa kesucian Asiyah binti Muzahim tetap terjaga meskipun dirinya adalah istri Fir’aun.
Allah membuat perumpamaan bagi orang-orang beriman, istri Fir’aun ketika ia berkata, “Ya Tuhanku bangunkanlah untukku sebuah rumah disisimu dalam surga. Dan, selamatkanlah aku dari Fir’aun dan perbuatannya. Dan, selamatkanlah aku dari kaum yang dzalim. (Q.S At-Tahrim: 11)
Asiyah binti Muzahim juga menyembunyikan keimanannya dari Fir’aun yang menganggap dirinya Tuhan.
Ketika kekejaman Fir’aun semakin membabi buta, terbongkarlah pengakuan Asiyah yang memilih menjadi pengikut Nabi Musa dan beriman kepada Allah SWT.
Terlebih, ketika itu Asiyah melihat Masitoh yang merupakan pelayan anak Fir’aun yakni tukang sisir.
Namun, Masitoh dibunuh kejam oleh Fir’aun lantaran tidak menyembahnya.
Kemarahan Asiyah atas kejadian menimpa Masitoh membuatnya mengakui keimanan kepada Allah SWT dan mengikuti Nabi Musa a.s.
Situasi ini menyebabkan Asiyah mengalami siksaan dari Fir’aun.
Namun, Asiyah tetap teguh pada pendiriannya meskipun Fir’aun memintanya menarik perkataannya karena beriman kepada Allah SWT.
Fir’aun berencana membunuh Asiyah karena pengakuan keimannya kepada Allah SWT.
Namun, jika Asiyah mengaku Fir’aun sebagai Tuhannya maka sang Raja bengis dan kejam tersebut akan mengampuninya.
Lantas, Asiyah dibawa ke tengah padang pasir yang panas dengan tubuhnya terikat di batu.
Ia ditinggalkan dan berharap Asiyah akan mengakui dirinya sebagai Tuhan.
Saat itu, datanglah Nabi Musa yang juga anak angkat dari Asiyah.