Seperti tertulis dalam surat Ar-Rum ayat 30-31:
“Maka, hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Islam sesuai) fitrah (dari) Allah yang telah menciptakan manusia menurut (fitrah) itu.588) Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah (tersebut). Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.(Hadapkanlah wajahmu) dalam keadaan kembali (bertobat) kepada-Nya. Bertakwalah kepada-Nya, laksanakanlah salat, dan janganlah kamu termasuk orang-orang musyrik,”
Menjadi Pioneer dalam Kebaikan
Hal ini tercermin saat Nabi Ibrahim menjadi pioneer hijrah ketika meninggalkan keluarganya di padang tandus. Beliau juga pioneer ayah yang tega kepada anaknya.
Tega bukan berarti benci, karena tega adalah penuh dengan kasih saying tapi tetap konsisten menegakkan hukum Allah.
Sosok ayah yang tega menyembelih anaknya, semata-mata untuk menegakkan perintah Allah.
Berdaya Juang
Hal ini terlihat dari bagaimana Siti Hajar menunjukkan kesungguhan dengan melakukan yang terbaik pada Allah saat ia rela bolak balik dari Shafa ke Marwah selama 7 kali.
Hanya untuk mencari air bagi anaknya. Meskipun kemudian keluar air dari dekat kaki anaknya.
Rela Berkorban
Nabi Ibrahim dan keluarga dalam ketaatannya pada Allah berupaya untuk menyingkirkan kepentingan pribadi dan keluarga.
Saat Nabi Ibrahim diperintahkan untuk meninggalkan istri dan anaknya di padang tandus dan juga saat Nabi Ibrahim diminta menyembelih anaknya sendiri.
Terhadap setiap ujian dan ketentuan Allah Nabi Ibrahim dan keluarganya senantiasa optimis dan sabar.
Bentuk nyata sebuah kesabaran seorang hamba. Hajar yang rela ditinggalkan di padang tandus Bersama anaknya yang masih bayi.