Ibnu Shayyad berkata bahwa ia melihat dua orang jujur dan seorang pendusta atau dua orang pendusta dan satu orang jujur.
Diriwayatkan bahwa Umar bin Khattab merasa geram kala mendengar percakapan tersebut dan meminta izin kepada Rasulullah untuk menutup leher anak berusia 15 tahun tersebut.
Perkara terkait Ibnu Shayyad adalah Dajjal atau tidak terlihat dari sabda Rasulullah SAW kepada Umar bin Khattab.
Rasulullah bersabda “Jika benar bahwa Ibnu Shayyad itu Dajjal, maka engkau tidak bisa membunuh bisa, dan jika dia bukan Dajjal, maka tidak ada maksudmu jika membunuh.”
Hal ini dikarenakan bahwa yang akan membunuh Dajjal adalah Nabi Isa as, jika Ibnu Shayyad adalah Dajjal, maka umar tidak berhak membunuh orang yang ada dalam perjanjian.
Ketika beranjak dewasa, sepeninggalan Rasulullah SAW, Ibnu Shayyad menganut agama Islam, saat itu ia melakukan perjalanan dengan Abu Sa'id.
Lalu keduanya pun terlibat percakapan, Ibnu Shayyad merasa sakit hati karena perkataan manusia tentangnya.
Ibnu Shayyad membela diri bahwa dirinya bukanlah seorang Dajjal, karena ciri-ciri yang disampaikan Rasulullah SAW tidak sesuai dengannya.
Diantara ciri-ciri Dajjal yang disebutkan dalam hadits Rasulullah SAW adalah, dia (Dajjal) adalah orang kafir, tidak memiliki anak dan tidak akan pernah memasuki Madinah dan Makkah.
Namun semua ciri-ciri Dajjal itu bertolak belakang dengan Ibnu Shayyad, karena dia adalah seorang muslim, memiliki anak di Madinah dan berjalan memasuki Makkah dari Madinah.
Namun pernyataan yang membuat orang lain yakin bahwa ia adalah Dajjal adalah ketika Ibnu Shayyad di tanya oleh Abu Sa'id.
“Apakah kamu senang jika kamu adalah dia (Dajjal)?” Ibnu Shayyad menjawab “Jika ditawarkan kepada saya, maka saya tidak akan membencinya.”
Bukan hanya itu, Ibnu Shayyad mengaku mengetahui keberadaan Dajjal dan tempat kelahirannya serta ibu dan bapaknya.