Kaum salafus shalih atau tiga generasi awal muslim (para sahabat, tabi'in dan tabiut tabi'in) memberikan perhatian begitu besar pada bagian adab ini.
Dijelaskan pula bahwa dari adab yang baik, pikiran seseorang akan semakin dan mudah terbuka.
Dari pikiran yang terbuka menghasilkan kebiasaan yang baik dan tabiat terpuji.
Tabiat terpuji akan menghasilkan amal shalih.
Dengan amal shalih maka akan mendapat keridhoan Allah SWT.
Bila Allah sudah ridho dengan segala aktivitas seseorang, maka sejatinya dia sudah memiliki Kerajaan yang abadi.
Namun bila yang terjadi adalah sebaliknya, adab buruk akan berdampak pada perilaku tercela yang menimbulkan marah dan murkanya Allah.
Sehingga yang didapat adalah kehinaan abadi.
Ulama lain mengatakan, “Ilmu tanpa adab seperti api tanpa kayu bakar. Sedangkan adab tanpa ilmu, seperti ruh tanpa jasa.”
Maka keduanya menjadi penting untuk dipelajari, baik itu penanaman pada diri anak maupun bagi orang dewasa.***