Di tempat kerja lainnya, para karyawan yang memiliki kebangsaan asli Palestina sampai dilarang menggunakan bahasa arab untuk percakapan sehari-hari.
Bahkan di dalam Knesset (Parlemen Israel), jika ada orang Arab yang mengucapkan kalimat dalam bahasa Arab akan menyebabkan kemarahan besar dari yang lain.
Reaksi kemarahan dari para pemimpin Israel ini kemudian memutuskan untuk meresmikan “Undang-Undang Negara Bangsa” yang dikeluarkan pada tahun 2018.
Baca Juga: Tak Hanya Umat Muslim, Burung Gagak Pun Menolak Kemerdekaan Israel Sampai Merobek Benderanya
Dan undang-undang ini akhirnya melemahkan status bahasa Arab secara resmi.
Namun tidak hanya dalam percakapan sehari-hari, nama-nama kota di Palestina yang terjajahpun akhirnya diganti dengan bahasa Ibrani.
Wadi Awwadah, seorang reporter Al Jazeera di kota Al Quds, menulis pada tahun 2015, ‘rencananya, nama Silwan di jantung Kota Silwan akan diganti dengan nama Yahudi yaitu Ir Dahud.
Jalan samping Silwan diberi nama Ibrani seperti Ma’alot Ma’yan Hagihon, HaAshur, Arogot Haposem, Pardes Rimonim dan Jinat Agoz.’
Meskipun jika dilihat kembali ke belakang, bangsa Yahudi sendiri dalam sejarahnya menjadikan bahasa Arab sebagai bahasa yang umum digunakan di kalangan mereka.
Beberapa karya ilmiah yang paling penting juga ditulis dalam bahasa Arab.
Begitupun sebagai komunikasi kepada negara-negara Timur, juga menggunakan bahasa Arab.
Namun uniknya, kini orang-orang Israel kembali mempelajari bahasa Arab karena mereka menyadari bahwa ternyata bahasa Arab itu penting.
Namun tujuannya untuk mempermudah mereka bersosialisasi dengan kaum muslimin Palestina dan mengusir mereka dari tanah pertanian dan peternakan mereka. ***