GENMUSLIM.id – Pada abad ke-12, seorang filsuf Muslim dan tokoh psikologi Islam bernama Abu Bakar Muhammad Bin Abdul Malik Ibnu Tufayl memberikan kontribusi besar dalam pemahaman konsep ketuhanan atau Penciptaan.
Ibn Tufayl mengajukan pandangan bahwa dunia ini diciptakan secara bertahap, mengisyaratkan adanya satu Pencipta yang Maha Agung.
"Bagaimana mungkin dunia bisa hadir tanpa adanya pencipta?" Tanya ibn Tufayl, ia menekankan kekekalan Tuhan yang berbeda dari dunia.
Tuhan ada sebelum dunia dalam esensi-Nya, tetapi tidak dalam hal waktu.
Ibnu Tufayl memberikan analogi yang sederhana namun kuat: ketika kita menggerakkan tangan kita, benda yang kita pegang juga ikut bergerak.
Baca Juga: Apa Itu Kaizen? Filosofi Orang Jepang yang Mesti Kita Coba Dalam Hidup Agar Tetap Konsisten
Gerakan tangan mendahului gerakan benda dalam esensinya, meskipun dalam hal waktu keduanya terjadi bersamaan. Ini mengilustrasikan bagaimana Tuhan mendahului dunia dalam esensi, meskipun tidak dalam waktu.
Bagi Ibnu Tufayl, dunia ini bukanlah sesuatu yang terpisah dari Tuhan.
Dunia adalah pengejawantahan dari esensi Tuhan sendiri, sebuah bayangan cahaya-Nya yang tak berawal dan tak berakhir.
Konsep ini memperkuat keyakinan akan keberadaan Tuhan yang abadi dan tak terbatas.
Dalam karyanya yang terkenal, "Hayy bin Yaqzan", Ibnu Tufayl menyampaikan pesan ini melalui sebuah kisah yang mendalam.
Hayy bin Yaqzan, seorang anak yang dibesarkan oleh seekor rusa di sebuah pulau terpencil, tumbuh dengan mengamati dan merenungkan keajaiban alam sekitarnya.
Melalui proses panjang pengamatan dan refleksi, dia sampai pada kesimpulan akan keberadaan Pencipta di balik keajaiban alam yang begitu indah ini.