Meningkatnya kasus perceraian juga karena kebutuhan rasa aman dan rasa dicintai (sekuritas) sebagai perempuan tidak terpenuhi.
Adapula faktor lain yakni karena kekerasan, poligami, dan salah satu meninggalkan rumah. Ini menjadi bukti bahwa menikah tidak akan membawa keberkahan dan kekayaan karena masih belum puas dengan pasangan halalnya.
Lonjakan angka perceraian ini ternyata saling berkaitan dengan penurunan angka perkawinan lho!
Menurut data, angka perkawinan di Indonesia mengalami penurunan sebanyak 128.093 jiwa di tahun 2023.
Dr. Hasto Vardoyo, Direktur Jenderal BKKBN mengatakan ada faktor lain yg menyebabkan turunnya angka perkawinan yakni perbedaan tujuan antara laki-laki dan perempuan.
Tujuan menikah bagi laki-laki yakni cenderung pada menghasilkan keturunan.
Sedangkan bagi perempuan, tujuannya lebih pada keinginan untuk memperoleh perasaan aman & dicintai sepenuhnya, sehingga meskipun perempuan tidak memiliki anak, mereka masih bisa merasa tenang.
Tak hanya itu, di berbagai penelitian mengungkap ternyata perempuan masih menerima beban perawatan ganda seperti tuntutan kewajiban untuk mendahulukan pekerjaan rumah tangga, mengurus anak, suami, atau orangtua dibandingkan diri sendiri.
Ini tak hanya terjadi pada perempuan yang sudah menikah, tapi juga perempuan yang belum menikah.
Bahkan tuntutan yang menghabiskan sebagian besar hari-hari perempuan ini tidak ada upahnya.
Ungkapan Hasto Vardoyo tersebut membuktikan bahwa bayang-bayang beban perawatan ganda yg dirasakan perempuan dapat terselesaikan selagi peran laki-laki dalam rumah tangga ketika mereka menikah kelak bisa memenuhi naluri sekuritas perempuan.
Entah meringankan atau mencarikan bantuan seperti tenaga kerja perawat atau asisten rumah tangga dalam mengatasi pekerjaan perawatan yang tiada habisnya itu.
Tapi, yang terjadi justru sebaliknya.