Kita sebagai hamba-Nya harus terus memanjatkan rasa syukur atas kesempurnaan dan kebaikan yang telah dianugerahkan kepada kita semua.
Alhamdulillahirabbil 'alamiin, menjadi kalimat yang patut senantiasa membahasi lisan kita setiap saat nikmat-nikmat yang terus mengalir sampai kita tidak mampu menghitungnya.
Allah telah menegaskan hal ini dalam firman-Nya yang termaktub dalam Al Quran surat An Nahl ayat 18:
وَاِ نْ تَعُدُّوْا نِعْمَةَ اللّٰهِ لَا تُحْصُوْهَا ۗ اِنَّ اللّٰهَ لَـغَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ
"Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya. Sungguh, Allah benar-benar Maha Pengampun, Maha Penyayang."
Ayat ini mengingatkan kita untuk tidak kufur nikmat dan mendustakan nikmat nyata dan melimpah yang telah diberikan Allah SWT.
Diantara sekian banyak nikmat yang perlu kita syukuri saat ini adaah telah dianugerahkannya nikmat bisa bertemu dengan Ramadhan tahun ini, menjalankan kewajiban ibadah di dalamnya dan bisa bertemu dengan bulan Syawal dimana kita bisa menikmati kebahagiaan bersama orang-orang yang kita cintai dalam suasa Idul Fitri.
Dan untuk bisa mempertahankan agar kenikmatan ibadah ini tidak pergi maka syukur harus kita tanamkan dalam hati, ucapkan oleh lisan dan diwujudkan dalam tindakan.
Dalam suasana Syawal ini kita juga perlu bersyukur dan berharap meraih dua predikat anugerah yang menjadi buah dari ibadah puasa di bulan Ramadhan.
Dua predikat mulia yang kita harapkan dari Allah yaitu ketakwaan dan kesucian. Maka keduanya predikat ini harus kita rawat dan jaga di bulan Syawal yang juga penuh dengan keberkahan ini.
Pertama adalah merawat anugerah ketakwaan. Allah SWT berfirman dalam surat Al Baqarah ayat 183:
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْکُمُ الصِّيَا مُ کَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِکُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَ
"Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,"