GENMUSLIM.id - Kisah mualaf kali ini datang dari seorang politikus yang pernah menjadi seorang pengajar di bidang perbandingan agama, yaitu Joram van Klaveren.
Joram van Klaveren merupakan seorang laki-laki yang terlahir dari keluarga Kristen protestan yang taat beribadat dan mengunjungi gereja setiap minggunya.
Ia dibesarkan dari keluarga yang benar-benar taat agama. Kisah mualaf Joram van Klaveren ini dimulai pada saat di mana ia sangat membenci Islam pada masa itu.
Menurutnya Islam adalah agama yang mendukung gerakan teroris, membenci Wanita, dan kekejaman lainnya. Islam menjadi agama yang dibenci oleh Joram van Klaveren pada saat itu.
Sebagai seorang politikus, makai a kerap dihadapkan dengan kasus-kasus perpecahan yang dianggapnya kebanyakan disebabkan oleh agama Islam. Sampai akhirnya membuatnya menuliskan buku anti Islam.
Pada proses penulisan buku anti Islam ini, ia mencari berbagai sumber dan memulainya dari perbandingan tuhan itu esa. Perbandingan ini ia lakukan dari kitab perjanjian lama dan baru dengan alquran.
Sebelumnya, pada usia 17 tahunan, ia mengaku sering mempertanyakan sifat tuhan yang mana kadang disebutkan tuhan itu kekal namun bersamaan dengan kisah tuhan yang meninggal. Namun akhirnya ia meyakini bahwa yesus adalah anak tuhan.
Sampai akhirnya, pada saat ia melakukan perbandingan dari kitab-kitab tersebut, justru ia menemukan seluruh jawaban yang selama ini ia tanyakan ada jawabannya dalam alquran.
“Bahkan saat itu konsep ketuhanan Islam yang ada di dalam al quran jauh lebih masuk akal bagiku,” Ucapnya.
Sampai akhirnya, Joram van Klaveren ini menerima konsep ketuhanan dalam Islam pada keyakinannya. Namun pencariannya tidak hanya berhenti di situ. Ia masih tidak bisa menerima bahwa Islam agama yang rahmatan lil alamin.
Tahap selanjutnya yang ia lakukan dalam proses menyusun buku anti Islam ini adalah dengan membaca buku-buku tentang sirah nabawiyah, salah satunya karya Martin Lings yang berjudul Muhammad, Kisah Hidup Nabi Berdasarkan Sumber Paling Awal tentang Nabi Muhammad SAW.
Buku itu ditulis oleh seseorang yang juga sama-sama mualaf. Menurut Joram van Klaveren bahasa yang digunakan juga sangat relevan dan mudah dipahami. Mungkin karena kita berasal dari latar belakang yang sama. Tuturnya.
