Akhir Ramadhan Sering Sepi Jamaah Shalat Tarawih, Padahal Keutamaannya Lebih Banyak daripada Shalat Tarawih Munfarid Loh

Photo Author
- Selasa, 26 Maret 2024 | 11:07 WIB
Ilustrasi Akhir Ramadhan Sepi Jamaah Tarawih  ((Foto: GENMUSLIM.id/dok: Freepik.com/ Freepik))
Ilustrasi Akhir Ramadhan Sepi Jamaah Tarawih ((Foto: GENMUSLIM.id/dok: Freepik.com/ Freepik))

GENMUSLIM.id - Hal yang membedakan antara bulan Ramadhan dengan bulan-bulan yang lain pada umumnya yaitu adanya shalat tarawih.

Shalat tarawih merupakan shalat yang memiliki banyak keutamaan untuk dilaksanakan di Bulan Ramadhan.

Namun, mengapa malah di akhir ramadhan sepi jamaah tarawih?

Padahal ketika umat muslim melaksanakan shalat tarawih, maka pahala yang diperolehnya selama berpuasa menjadi berkali-kali lipat. Mengingat shalat tarawih dilaksanakan 30 hari penuh selama berpuasa.

Shalat tarawih bisa dilakukan baik secara munfarid (sendiri) maupun berjamaah. Tetapi akan lebih baik jika dilakukan secara berjamaah.

Karena keutamaannya lebih besar dan pahalanya pun bisa berkali-kali lipat daripada shalat tarawih munfarid.

Baca Juga: Serangan Udara Israel di Kota Baalbek, Timur Laut Lebanon Melukai 3 Orang, Ini Laporan dari Anggota Pertahanan Sipil

Pada hari awal Ramadhan tiba, masih banyak orang-orang yang beramai-ramai mendatangi masjid bahkan sampai berdesak-desakan.

Namun, mulai Minggu ke 3 hingga akhir Ramadhan, shaf di masjid yang tadinya penuh lama-kelamaan mulai surut dan sepi jamaah.

Hal tersebut didukung dengan cuaca yang  tidak menentu, terkadang hujan yang lebat membuat orang menjadi semakin malas untuk mendatangi masjid.

Yang diawal penuh 4 shaf, mulai minggu ke-2 turun menjadi 3 shaf, di minggu ke-3 nya lagi turun menjadi 2 shaf, sampai di minggu terakhir tersisa hanya 1 shaf yang terisi.

Padahal shalat tarawih berjamaah memiliki keutamaan yang lebih besar.

Syeksh Taqiyuddin berkata : “Adapun shalat tarawih, tidak diragukan lagi di dalam kesunnahannya. Kesepakatan ulama telah menjadi kukuh di dalam kesunnahannya, yang demikian dikatakan tidak hanya satu orang. Tidak dianggap pendapat-pendapat yang menyimpang.” (Syekh Taqiyuddin al-Hishni, Kifayah al-Akhyar, hal. 89).

Baca Juga: Ini Penjelasan Kadam Sidik tentang Kabis Ibn Rabiah, Bukan Keturunan Rasulullah, tapi Wajahnya Mirip dengan Rasulullah

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Zaiyana Nur Ashfiya

Sumber: Jurnal Afma Al-Banjary

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Terpopuler

X