Hari Ayah Nasional 2023: Langkah-langkah Ayah Shalih Ciptakan Generasi Anak Shalih, Cek Penjelasannya!

 

Bukan hanya untuk memperingati Hari Ayah Nasional 2023, ayah bisa menjadi teladan bagi anak dalam kesehariannya, salah satunya ayah yang shalih tentu akan menciptakan anak yang shalih pula.

 

Bertepatan dengan momen Hari Ayah Nasional 2023, ayah bisa manfaatkan momen ini dengan quality time bersama anak agar anak menjadi orang yang shalih.

 

Menghabiskan waktu seharian dengan anak dan mengajarkan hal-hal baik yang seharusnya dilakukan sebagai anak shalih sangat berpengaruh walau hanya satu hari. 

 

 

Namun alangkah baiknya, langkah-langkah baik tersebut dapat dilakukan setiap hari. 

 

Cara-cara seperti apa yang bisa orang tua terapkan untuk menciptakan generasi yang shalih, termasuk peran penting ayah dalam menciptakan generasi anak shalih?

 

Dikutip dari berbagai sumber, berikut langkah-langkah yang bisa diterapkan untuk menciptakan generasi anak shalih:

 

 

Sebagai seorang muslim meminta pertolongan Allah dengan berdoa merupakan suatu hal pertama yang harus dilakukan sebelum memulai hal baik. 

 

Tidak ada yang bilang mendidik anak menjadi anak shalih itu mudah, tentu banyak lika-likunya. 

 

Yang paling penting dilakukan adalah menyandarkan semuanya kepada Allah, memohon pertolongan-Nya disertai pula ikhtiar dan ikhlas semata-mata melakukan ini semua karena untuk memperoleh ridho-Nya.

 

Bahkan Nabi Ibrahim juga memohon pertolongan Allah dengan berdoa untuk anaknya seperti yang tertera di surah Ibrahim ayat 35 dan 40, 

 

"Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdoa, Ya Tuhan, jadikanlah negeri ini (Mekah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku agar tidak menyembah berhala." (QS. Ibrahim 14:35)

 

"Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang yang tetap melaksanakan sholat, ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku." (QS. Ibrahim 14:40)

 

 

 

Seperti yang sudah disebutkan di awal, orang tua harus menjadi figur terbaik terlebih dahulu untuk anak. 

 

Bukan hanya ayah, tapi keduanya harus saling bekerja sama untuk menciptakan generasi anak shalih.

 

Segala perilaku orang tua cenderung akan ditiru oleh anak, entah itu baik atau buruk. 

 

Jika ayah dan bunda sebagai orang tua rajin melaksanakan salat, berbuat baik, serta melakukan hal-hal yang menunjukkan keshalihan, maka in syaa Allah anak pun juga akan mengikutinya, anak akan menjadi sosok yang shalih seperti kedua orang tua nya.

 

 

Balik lagi ke poin awal, yang namanya mendidik anak menjadi orang baik orang shalih tentu tidak mudah.

 

Tentu memiliki proses yang panjang dan perlu konsistensi dari kedua orang tua.

 

Bersabar, berikhtiar serta yakin pasti ada pertolongan dari-Nya.

 

Dan dalam proses bersabar ini, perlu diingat oleh orang tua bahwa, "mendidik adalah tanggung jawab setiap orang tua." 

 

Maka dari itu mau sesulit apapun, ingat lagi bahwa ini kewajiban para orang tua yang pastinya akan kalian pertanggung jawabkan nanti di hadapan Allah.

 

 

Lingkungan merupakan suatu hal yang cukup berpengaruh.

 

Anak-anak cenderung akan mengadaptasi atau meniru semua hal yang terjadi dan mereka lihat dalam lingkungannya.

 

Lingkungan di sini bisa lingkungan rumah atau lingkungan sekolah sekalipun. 

 

Maka dari itu, orang tua harus memilihkan tempat terbaik untuk anak menuntut ilmu, yaitu lingkungan sekolah yang baik dan mengajarkan pendidikan sesuai ajaran Islam.

 

 

 

Salafus Shalih adalah generasi terdahulu yang beriman kepada Rasulullah. 

 

Salafus Shalih terdiri dari tiga generasi Muslim awal yaitu para sahabat, tabi'in (generasi pertama), dan tabi'ut tabi'in (generasi kedua).

 

Salafus Shalih merupakan generasi terbaik umat Islam. Yakni baik dalam kejujuran, kesungguhan, maupun dampak keimanannya dalam kehidupan dan masyarakat.

 

Ayah serta bunda bisa menceritakan kisah salafus shalih pada anak sehingga mereka bisa mencontoh hal-hal baik dari para salafus shalih tersebut.

 

Itulah beberapa cara atau langkah yang bisa diterapkan untuk menciptakan generasi anak shalih, ingat niatkan karena Allah dan jadikan ketakwaan sebagai tolak ukur. Maka saat ketakwaan menjadi goals tidak akan ada kata stop.***