Jenazah Kakek Toba disalatkan setelah pelaksanaan setelah salat Jumat. Setelah disalatkan, iring-iringan jenazah mulai bergerak menuju tanah pemakaman.
Namun, sesuatu yang mengherankan terjadi. Banyak warga yang tak mengenal para pelayat yang datang. Terdapat banyak wajah-wajah asing yang membuat warga mengerutkan keningnya. Siapa gerangan mereka yang datang ke makam Kakek Toba.
Pak Buyung adalah salah satu orang yang penasaran. Ia memberanikan diri untuk menanyai salah seorang yang baru pertama kali ditemuinya ini.
“Mohon maaf, saya belum pernah melihat bapak. Bapak siapa, ya? Warga desa mana?” tanya Pak Buyung sopan.
Baca Juga: Cerpen Anak Inspiratif: Hargai Barang Apapun yang Kita Miliki Agar Tak Menyesal Kemudian
Yang ditanyai kemudian menjawab, “Saya dari luar daerah sini, Pak. Tadi kami berangkat menggunakan dua bis langsung setelah mendengar kematian Kakek Toba.”
“Ah! Kerabat Kakek Toba, ya?” tanya Pak Buyung memastikan.
Orang tersebut menggeleng. “Kami adalah orang-orang yang ditolong Kakek Toba. Saat itu Kakek Toba menyumbangkan banyak hartanya untuk membantu kami melalui sebuah pesantren. Kami yang saat itu luntang-lantung diberi kesempatan memperbaiki diri oleh Allah melalui Pak Toba. Kami semua dimasukkan ke dalam pesantren.”
“Mengapa Kakek Toba memasukkan kalian ke dalam pesantren?” Pak Buyung tak mengerti.
Baca Juga: Cerpen Anak Inspiratif: Pentingnya Menjaga Amanah Dari Orang Lain
Orang tersebut tersenyum. “Kami adalah mantan narapidana yang mendapatkan stereotip dari lingkungan. Kami dipertemukan di jalanan dan secara bersamaan Kakek Toba waktu itu mengajak kami semua ke pesantren. Entah bagaimana kami semua menurut dan sekarang mengembangkan pesantren itu menjadi lebih baik lagi.”
Pak Buyung mengangguk mengerti. Namun, jumlah mereka sangat banyak. Pak Buyung kemudian melirik rombongan lainnya, “Kalau mereka? Apakah juga dibantu oleh Kakek Toba?”
“Kemungkinan besar iya. Kita tidak pernah tahu seberapa banyak bantuan yang Kakek Toba berikan,” jawab orang tersebut.
Pak Buyung mengangguk paham. Kemudian keduanya menghentikan obrolan dan kembali mengucapkan dzikir sepanjang perjalanan ke pemakaman.