GENMUSLIM.id - Menurut Jamaluddin Al-Qasimi dalam tafsirnya Mahasin al-Tawil, menyampaikan bahwa kematian dalam Islam adalah proses wajar yang tidak bisa dihindari bagi setiap makhluk tanpa terkecuali.
Yang membedakan dalam Islam adalah manusia yang semasa hidupnya akan diuji ketika kematian mendatangi mereka, apakah mereka termasuk golongan sabar dan bersyukur atau sebaliknya.
Melanjutkan uraian tulisan sebelumnya tentang kematian dalam Islam, timbullah satu pertanyaan mengenai bagaimana ketika seseorang menghadapi kematiannya?
Tutur Al Ghazali masih dalam bukunya Mizanul Amal, menyebutkan bahwa orang-orang yang cerdas adalah mereka selalu mengingat akan kematian sebagai rangkaian dalam kehidupannya.
Baca Juga: Tampil Anggun dan Memukau Banyak Mata di Media Sosial, Bolehkah Wanita Muslimah Jadi Model Iklan?
Sebagaimana hal itu disebutkan juga dalam sabdanya:
الكَيِّس مَن دَ ان نفيه, وعَمَلَ لِمَا بَعدَ المَوتِ, والعَاجِزمَن اتَبَعَ نَفسَه هَوَاهَا, وتَمَنَّى عَلَى الله
Yang berarti: “Orang cerdas adalah orang yang senantiasa mengintropeksi diri dan beramal untuk kehidupannya setelah mati. Sedang orang yang lemah akalnya adalah mereka yang hanya mengikuti hawa nafsunya dan berangan-angan (mendapatkan surganya) kepada Allah.” (HR. Tirmidzi).
Menurut Al Ghazali orang yang cerdas adalah mereka yang hidup di dunia bagia persinggahan, bak musafir yang hendak menunaikan ibadah haji.
Segala kebutuhan yang diperlukan saat di perjalanan telah dipersiapkan sedemikian rupa.
Al Ghazali menerangkan bahwa, mereka yang selalu ingat akan kematiannya, tidak akan pernah membuatnya takut akan menghadapi ajalnya.
Baca Juga: Inilah 5 Sifat Mulia yang Harus Dimiliki dalam Pribadi Muslimah, Meraih Cinta Allah dan Rasulullah!
Jiwanya telah ditanami sifat Qanaah (merasa cukup) atas rezeki yang Allah anugerahkan kepadanya.