GENMUSLIM.id- Sebelum westernisasi menyebar ke dunia Islam, Kekhalifahan Turki Utsmani merupakan salah satu entitas negara Islam yang pernah menguasai panggung sejarah Islam, bahkan sejarah dunia itu sendiri.
Kekhalifahan Turki Utsmani memang mempunyai keunikan tersendri dibandingkan peradaban Islam sebelumnya, seperti Umayyah, Abbasiyah, maupun Khulafah Rasyidin itu sendiri, sebab Turki Utsmani mampu bertahan selama enam abad lamanya, dengan melalui dinamika yang sangat pelik, seperti ancaman dari Eropa maupun westernisasi itu sendiri.
Selain itu, Turki Utsmani dipimpin bukan dari kalangan Quraisy, melainkan sebuah bangsa yang embrionya berasal dari dekat Asia Tengah, meskipun juga di dalam sejarah Islam, ada beberapa negara Islam yang juga dipimpin bukan dari kalangan Quraisy, sebut saja Dinasti Ayubiyyah, dan masih banyak lagi, namun yang disorot dalam artikel ini lebih ke aspek westernisasi di jantung Turki Utsmani.
Baca Juga: Berkarya dalam Rangka Menjadi Teladan: Mari Kita Pahami Adab Muslimah yang Berkarir dalam Islam
Di dalam buku Sejarah Kebudayaan Islam di Kawasan Turki, Syafiq Mughini mengatakan, semenjak meletusnya Revolusi Perancis sampai penghujung 1830, Turki Utsmani mengalami perubahan-perubahan yang cukup radikal dalam segala aspek kehidupan, yang menjurus pada westernisasi.
Sultan Salim III (1789-1807), penguasa Turki Utsmani pertama yang memperkasai proyek westernisasi.
Telah diketahui secara luas, bahwa Sultan Salim III telah menunjukan perhatiannya pada dunia luar, yakni yang disorotnya ialah Eropa.
Sultan Salim III juga berkorespodensi dengan Louis XVI di Perancis dalam modelnya dan ia mengumpulkan orang-orang disekitarnya dari berbagai gagasan yang bersifat Eropa.
Ketika naik tahta, Sultan Salim III juga harus memusatkan perhatiannya pada perang dengan Rusia selama tiga tahun.
Bagi Sultan Salim III, pada tahun 1792 situasi militer Turki tidak mendukung keadaan Turki, karena Turki dan Rusia harus menerima Inggris dan Prusia sebagai juru penengah, yang menghasilkan Perjanjian Jassy, yang pada dasarnya sebuah konfirmasi Perjanjian Kucuk Kaynarca, yang lebih menguntungkan Rusia, sebab mendapat Pantai Laut Hitam.
Setelah peristiwa yang merugikan bagi Turki Utsmani, Sultan Salim III membuat reformasi Nizam-i Cedid (Orde Baru) yang berpijak dari pemikiran Eropa.
Bagi Sultan Salim III, Nizam-i Cedid yang terpengaruh Barat, akan membuat Turki Utsmani menjadi kuat, baik dalam menghadapi musuh eksternal maupun musuh internal.