“Itu tidak akan menciptakan kekosongan kepemimpinan di Hamas,” ungkapnya kepada TRT World.
Baca Juga: Yahya Sinwar Wafat: Tokoh Kunci Hamas yang Menjadi Pujangga dan Pemimpin Perjuangan Rakyat Palestina
Berbeda dengan masa lalu, Hamas kemungkinan akan memiliki orang yang sama yang memimpin sayap internal dan eksternalnya setelah pembunuhan Yahya Sinwar, tambahnya.
Salah satu pesaing untuk jabatan teratas, Meshaal pertama kali menjadi pemimpin kantor politik Hamas pada tahun 1996.
Ia nyaris lolos dari kematian ketika mata-mata Israel menyuntikkan racun yang bekerja lambat ke dalam tubuhnya di Yordania pada tahun 1998.
Dia telah hidup dalam pengasingan selama bertahun-tahun. Meskipun dia meninggalkan jabatannya di Hamas pada tahun 2017 demi Haniyeh, Meshaal tetap menjadi pejabat berpengaruh dalam kelompok tersebut.
Hayya, wakil pemimpin Hamas di Gaza saat ini dan calon pengganti Sinwar, juga telah hidup di pengasingan selama bertahun-tahun. Saat ini ia memimpin negosiasi gencatan senjata di Qatar.
Ketika ditanya apakah pembunuhan berturut-turut terhadap para pemimpin Hamas akan menyebabkan pelunakan sikap Hamas, Mustafa mengatakan calon penerus Sinwar kemungkinan besar adalah “kaum moderat”.
“Hayya bukan seorang radikal dalam gerakan tersebut, begitu pula Meshaal,” katanya.
Hamas telah bersikap “cukup damai” bahkan di bawah para radikal, dan tuntutan mereka untuk gencatan senjata, penarikan pasukan, diakhirinya blokade dan pemulangan warga Palestina yang mengungsi sudah berada dalam ranah hukum internasional, katanya.***