Hizbullah, sebagai kelompok militan yang berbasis di Lebanon dan bersekutu erat dengan Suriah, telah lama menjadi musuh bebuyutan Israel.
Namun, serangan-serangan terbaru ini menunjukkan bahwa kekuatan Hizbullah tidak bisa diabaikan, dan bahkan Zionis mulai merasakan bahwa ancaman tersebut semakin mendekati wilayah mereka.
Pengakuan bahwa Hizbullah "tidak takut" pada Israel menjadi indikator bahwa ada ketidakberesan dalam strategi militer Zionis dalam menghadapi kelompok ini.
Situasi ini juga memperlihatkan betapa rapuhnya kontrol Israel atas wilayah Golan yang diduduki.
Sejak Perang Enam Hari pada 1967, Israel telah menguasai sebagian besar Dataran Tinggi Golan, yang secara internasional masih diakui sebagai bagian dari Suriah.
Baca Juga: Komandan Senior Hizbullah Ibrahim Aqil Tewas Akibat Serangan Israel: Drama yang Tak Kunjung Usai!
Namun, dengan meningkatnya aktivitas Hizbullah dan sekutu Suriah di wilayah tersebut, kontrol Israel mulai dipertanyakan.
Kritik terhadap kabinet Israel tidak hanya datang dari pihak oposisi, tetapi juga dari dalam lingkup pemerintahan dan militer mereka sendiri.
Banyak yang berpendapat bahwa pemerintah Zionis gagal merespons ancaman ini dengan cara yang tepat.
Dan bahwa pendekatan militer yang diambil selama ini tidak cukup untuk memberikan rasa aman bagi penduduk di wilayah utara.
Ketidakmampuan untuk melindungi wilayah Golan Suriah yang diduduki menjadi salah satu titik lemah dalam strategi pertahanan Israel.
Serangan roket yang dilancarkan Hizbullah tidak hanya menimbulkan kerusakan fisik.
Tetapi juga memperlemah moral penduduk sipil dan tentara Israel yang ditempatkan di wilayah tersebut.
Di sisi lain, Hizbullah terus memperlihatkan kekuatan dan keberanian dalam menghadapi Zionis.
Dukungan mereka dari Suriah dan Iran semakin memperkuat posisi mereka di kawasan tersebut,