Pada tahun 1997, setelah Yassin dibebaskan dari penjara Israel, Haniyeh menjadi sekretaris pribadinya.
Setelah pembunuhan Yassin dan penggantinya, Abdel Aziz al-Rantisi, pada tahun 2004, Haniyeh menjadi salah satu pemimpin senior kelompok tersebut.
Ia ditunjuk sebagai pemimpin gerakan Hamas cabang Gaza pada tahun 2007, peran yang ia jabat hingga tahun 2017.
Pada tahun 2019, Haniyeh pindah ke Qatar untuk menghindari pembatasan perjalanannya dari Jalur Gaza yang terkepung.
Baca Juga: Keluarga Ismail Haniyeh Kembali Jadi Korban: Musuh Ngimpi Kalo Mau Buat Saya Menyerah Karena Ini!
Haniyeh sebagai perdana menteri Palestina
Kemunculan Haniyeh dalam politik terjadi pada tahun 2006 saat pemilu legislatif Palestina, dimana Hamas berpartisipasi untuk pertama kalinya.
Setelah kemenangan mengejutkan kelompok tersebut, Mahmoud Abbas, presiden Otoritas Palestina (PA), menugaskan Haniyeh untuk membentuk pemerintahan baru.
Namun, masa kepemimpinannya tidak bertahan lama, karena ketegangan antara Hamas dan saingan politiknya, Fatah,
Berkembang menjadi konflik berdarah yang memecah pemerintahan menjadi dua.
Abbas memberhentikan Haniyeh dari jabatannya pada bulan Juni 2007. Namun, Hamas menolak keputusan presiden tersebut.
Setelah perundingan rekonsiliasi selama bertahun-tahun, Haniyeh menyerahkan posisinya pada tahun 2014 kepada pemerintah persatuan nasional dengan Fatah.
Ia terus menjabat sebagai pemimpin Hamas di Gaza hingga tahun 2017, ketika Yahya Sinwar menggantikannya.