fiksi

Cerpen Inspiratif: Perjuangan Pak Guru Buyung dalam Mengajar di Pedalaman

Kamis, 7 September 2023 | 10:25 WIB
Cerpen Inspiratif Perjuangan Pak Buyung Sebagai Guru (GENMUSLIM.id/freepik/freepik)

Baca Juga: Part 5: Kamu Bukan Penggemar Sejati Kim So Hyun Kalau Belum Nonton Drakor Ini! Paling Terbaru My Lovely Liar!

“Pak Buyung, minum teh dulu,” kata Pak Toba, kepala sekolah. “Hujan masih cukup deras, sepertinya getek belum bersandar.”

Pak Buyung yang sedari tadi berdiri di luar ruang kantor guru kembali masuk. “Terima kasih tehnya, Pak Toba,” jawab Pak Buyung.

“Perjuangan sekali menjadi guru di sini, Pak Buyung. Akses ke lokasi sulit, tetapi gaji jauh lebih sulit,” ucap Pak Toba membuka obrolan.

“Saat pertama kali menginisiasi sekolah ini, saya sebenarnya pesimis akan ada tenaga pengajar. Beberapa anak desa yang sudah selesai kuliah memilih untuk ke kota dan bekerja di sana. Tidak ada yang bersedia menjadi guru di sini meskipun mereka kuliah di jurusan pendidikan. Orang tua mereka dan atas kemauan mereka sendiri, bekerja di kota jauh lebih menjanjikan,” lanjut Pak Toba.

Baca Juga: Part 4: Kamu Bukan Penggemar Sejati Kim So Hyun Kalau Belum Nonton Drakor Ini! Paling Terbaru My Lovely Liar

“Ya, mau bagaimana lagi. Semua orang punya pilihannya masing-masing. Saya bersyukur saat Pak Buyung datang dan menawarkan diri menjadi guru di sini,” pungkasnya.

Pak Buyung hanya mengangguk-angguk. Mengingat bagaimana awalnya ia bisa di sini. Pak Buyung memiliki keresahan yang sama. 

Sumber daya guru di desanya juga tak banyak, tetapi mendengar desa seberang kekurangan guru, maka ia melamar di sekolah ini.

“Saya senang mengajar di sini, Pak. Bukan mengejar gaji, tetapi mengejar ridho ilahi. Sepertinya akan butuh ratusan tahun jika menargetkan gaji besar di lingkungan kita ini,” balas Pak Buyung diakhiri kekehan bersama Pak Toba.

Baca Juga: Part 2: Kamu Bukan Penggemar Sejati Kim So Hyun Kalau Belum Nonton Drakor Ini! Paling Terbaru My Lovely Liar

“Saya merasakan perjuangan seorang guru. Mulai dari mengayuh sepeda, menyeberang sungai dengan getek, mengajar anak-anak dengan keunikannya masing-masing, dan baru bisa pulang saat getek sudah bersandar di dermaga. Rutinitas yang insyaallah tidak akan membosankan,” lanjutnya.

Pak Toba mengangguk. Kagum dengan Pak Buyung yang sebenarnya memiliki potensi untuk berada di tempat yang lebih baik.

“Ah! Getek sudah bersandar. Saya harus pulang sebelum hujan kembali turun,” kata Pak Buyung saat melihat pemilik getek melambaikan tangan.

Pak Toba membalas lambaian tangan itu. Bersamaan dengan dikayuhnya sepeda Pak Buyung, Pak Toba mengunci pintu kantor dan bergegas pulang.***

Halaman:

Tags

Terkini