GENMUSLIM.id- Cerpen cita Nino kembali lagi hadir untuk menceritakan hal sederhana dari sebuah kejadian seorang anak bernama Nino tentang keinginannya masuk Timnas Indonesia.
Kali ini Nino aka diceritakan di cerpen ini yang memiliki impian menjadi salah satu garuda di Timnas Indonesia untuk membanggakan bangsa.
Lain halnya tentu impian tidak akan semulus itu dalam menujunya, Nino di cerpen ini akan diceritakan bagaimana sudut pandangnya menemukan makna sebagai manusia yang diciptakan Allah, bukan sekadar hanya masuk Timnas Indonesia saja.
Mari bercerita bersama Nino di cerpen cita Nino.
Nino sudah di bangku SMP sejak satu pekan lalu, mengerjakan masa pengenalan lingkungan sekolah bersama teman angkatannya, salah satunya adalah bermain bola kaki, sejak saat itu impian menjadi garuda muda Timnas Indonesia itu muncul.
ninoBaca Juga: Cerpen Cita Nino: Pilpres 2024, Pilih yang Mana
Kesukaannya dibuktikan dengan hampir setiap hari ia berlatih bersama teman-temannya, di sekolah, rumah bahkan di hari libur sekolah selalu disempatkan waktu untuk menjalani latihan demi mencapai impian Timnas Indonesia.
Banyak hal yang dikorbankan, termasuk bermain bersama teman semasa SD-nya. Alasan Nino selalu sama bahwa ia harus menggapai cita-citanya secepat mungkin dan setiap masa ada orangnya apa lagi dalam berteman.
Mendengar hal itu Roni, Riko bahkan Kevin cukup sedih seakan Nino sudah tidak ingin bermain dengan mereka lagi karena impian Timnas Indonesia yang ia idamkan.
Lain lagi di rumah, Nino yang berlatih terus membuatnya sellau kesiangan subuh, meskipun sudah dibangunkan papa dan diajak ke masjid, pasti di masjid Nino tertidur kembali.
Belum lagi saat dimintai mama menolong memberikan sesuatu ke warung, pasti jawaban Nino sedang latihan sepak bola.
Kak Riri yang memerhatikan semua tingkah adiknya itu cukup geram dan bahkan sholat lima waktu Nino sering kali di akhir waktu bahkan hampir terlambat tidak sholat, hanya karena impian Timnas Indonesia yang ia ingin sampai semua hilang dari kebiasaan.
Mama pun sempat ingin memarahi anak laki-lakinya, tetapi papa meminta supaya bicara dulu baik-baik dengan memberikan peringatan juga mengatur kembali kebiasaan sehari-hari anaknya itu.
Papa mencoba mengkomunikasikan hal tersebut sekaligus memberikan nasihat pada anaknya yang baru beranjak menuju remaja.
“Nino suka sepak bola?”
“Iya Pa, itulah sebabnya Nino berlatih terus menerus supaya jadi garuda muda di Timnas Indonesia”
“MasyaAllah. Tapi setiap langkah kehidupan pasti Allah kasih ujian untuk naik level, kehadiran sesuatu yang disuka juga beragam, bisa jadi benar letaknya, bisa jadi hadir sebagai pembelajaran”
“Maksudnya pa?” Nino yang sedari tadi bermain bola, seketika berhenti dan duduk di dekat papanya.
“Gitu dong, kalo ngomong sama siapa pun harus tidak dengan menghiraukan main bola gitu” papa mencolek hidung Nino yang ditanggapi senyum menunjukkan gigi Nino.
Dilanjutkan penjelasan papa yang intinya Nino harus bisa menjadikan prosesnya menuju Timnas Indonesia itu menjadikannya lebih dekat dengan Allah Subhanhuwata’allah.
Esok hari, yang dinantikan Nino pun hadir. Seleksi Timnas Indonesia dibuka di sekolahnya untuk U-13, tentunya dengan cepat Nino mendaftarkan diri dan melakukan seleksinya.
Mulai dari seleksi berkas, hingga kesehatan. Semua dilewati dengan riang gembira oleh Nino dan ia sangat yakin pasti ia lulus.
Ia merasakan latihannya sudah sangat keras dan teman-temannya tidak ada yang lebih hebat daripada dirinya untuk masuk menjadi anggota Timnas Indonesia.
Nino pulang dengan gembira menceritakan kepada mama dan kakaknya di rumah, setelah cerita kak Riri sempat mengingatkan tentang Nino yang terlihat sombong pada kemampuan, padahal semua kehendak Allah. Pun apabila benar ia hebat, bukan dia yang hebat melainkan Allah.
Mendengar hal itu Nino marah, sebab ia merasakan sudah lelah dalam berlatih hingga di titik sekarang menuju Timnas Indonesia itu, ia pergi menuju kamar dan mengurung diri di sana.
Mama melihat itu memandang Riri dan menarik napas melihat respons Nino, memikirkan bagaimana respons anaknya itu apabila Allah tidak memberikan inginnya.
Esok hari, Nino sangat bersemangat pergi ke sekolah, sebab akan ada pengumuman yang ditempelkan di papan pengumuman.
Saat sampai di sekolah, Nino tidak menemukan namanya dan langsung berlari ke ruang guru menanyakan apakah itu pengumuman yang resmi dari pihak Timnas atau bukan.
Tentu dengan tegas gurunya mengiyakan hal tersebut dan Nino kembali ke kelas, ingin menangis tetapi malu. Hingga jam pulang sekolah Nino bergegas pulang dan memeluk mama ketika sampai.
Sesuai prediksi mama, Nino akan menangis sangat dahsyat seperti ini, memang anak selalu akan jadi bayi ibunya walaupun sudah ingin menjadi pemain Timnas Indonesia.
Nino sempat tidak ingin makan hingga papa pulang dan dijelaskan Nino apa yang terjadi kepadanya termasuk Timnas Indonesia yang gagal.
“Papa kemarin bilang apa? Bisa jadi Timnas ini adalah ujian melihat seberapa Nino bergantung dengan Allah”
“Nino berdoa pa”
“Tidak hanya doa, tapi juga tentang pasrah dan yakin tentang apa-apa yang dikasih Allah adalah baik. Bukan kita merasa sudah berusaha banget, maka lulus harus sebab usaha kita, gagal Allah gak sayang. Itu gak adil sama sekali. Salah total anggapan demikian, nak” ujar papa.
“Selama latihan sudah menjauhkan siapa aja? Temen? Keluarga? Sholat aman?” Nino ingin menangis tapi masih tertahan sampai papa memeluknya.
Mata yang sedari tadi berkaca sempurna sudah berderai, papa menguatkan anak lelakinya itu dan mengingatkan bahwa dunia lebih kejam lagi dibandingkan ditolak Timnas Indonesia.
Meskipun demikian, apabila tujuan kita dunia ini adalah akhirat, maka standarisasi kita pasti Allah, tidak lebih dan tidak kurang akan selalu karena Allah dan niat untuk beribadah kepada Allah.
Sedih meskipun manusiawi, tetapi berlarut juga jadi tak baik ***
Sobat Genmuslim yang baik hatinya, ingin mendapat berita update setiap hari dari Genmuslim.id? Ayo gabung di Grup Telegram "GENMUSLIM NEWS", caranya klik link https://t.me/genmuslimnews, kemudian join. Langkah pertama install aplikasi Telegram di Ponsel.