fiksi

Cerpen Tema Psikologi dan Parenting: Pola Asuh Demokratis, Rinjani Tidak Perlu Takut Apapun

Selasa, 5 September 2023 | 09:50 WIB
Cerpen Psikologi dan Parenting Kisah Rinjani dengan pola pengasuhan demokratis (GENMUSLIM.id/freepik/freepik)

Baca Juga: Cerpen Misteri Seri Ali : Misteri Hutan Angker yang Bernyanyi Pilu (Part 1)

“Jani kalah lagi,” kata Rinjani merasa bersalah.

“Kalah gimana sih, Kak. Orang dapat medali gini. Selamat, ya!” kata ibunya sambil memeluk dan menepuk-nepuk pundak Rinjani. Menenangkan.

“Tapi kan harusnya dapat juara 1, Bu. Masa udah latihan sama coach hampir tiap hari, selalu nonton pertandingan badminton secara langsung biar bisa belajar teknik dari pemain lain, belum lagi bolak-balik ganti raket, tapi tetap gak menang gini,” balas Rinjani mengeluh.

Ayah Rinjani kemudian mengambil alih tas berisi raket yang Rinjani bawa. Laki-laki paruh baya itu kemudian mengambil medali yang didapatkan Rinjani dan mengalungkan pada dirinya sendiri.

Baca Juga: Cerpen Inspiratif Psikologi Islami: Kisah Jujur Zoro yang Meneladani Nabi Muhammad SAW

“Ayah dan ibu sudah sering melihat kamu kalah, bahkan tanpa medali apapun. Kalau sekarang kamu masih merasa kalah, kami maafkan. Medali ini sangat cantik, tapi kamu tidak bersyukur,” ujar ayahnya yang membuat Rinjani salah tingkah.

“Bukan begitu maksud Jani, ayah. Maksudnya tuh….”

“Maksudnya kamu ingin memberikan medali emas itu?” Ibunya tersenyum. “Nak, menang atau kalah. Berhasil atau gagal. Itu semua adalah proses yang wajar dan memang harus kamu alami. Ayah dan ibu tidak akan menuntutmu menjadi yang nomor satu, bagi kami saat kamu mengambil tiap kesempatan yang ada sudah merupakan kemenangan.”

Ayahnya mengangguk, lalu menambahkan, “Dan yang terpenting adalah mau Rinjani menang atau kalah, Rinjani selalu juara di hati ayah dan bunda. Rinjani tetap layak untuk mendapatkan penghargaan, dicintai, dan diapresiasi.”

Baca Juga: Bola Mata Warna Warni Wanita Muslimah Ternyata Berasal Dari Softlens, Bagaimana Hukumnya Dalam Islam?

Mata Rinjani mulai berkaca-kaca. Ayah dan ibunya memang sejak dulu menerapkan pola asuh demokratis. Parenting yang diterapkan orangtuanya membuatnya merasa bebas sekaligus tidak kehilangan kontrol.

Ayah dan ibu selalu memberi kebebasan bagi Rinjani untuk menentukan keinganannya, tetapi tak semua keinginan akan didapatkannya. Ayah dan ibu akan mengkaji dan menimbang apakah Rinjani boleh atau tidak mewujudkan keinginannya itu.

“Rinjani, ayah dan ibu mau kamu selalu terbuka dengan kami. Silakan utarakan apa yang menjadi keinginan dan kita akan mendiskusikannya. Ayah tidak mau kamu mengambil keputusan tanpa kami ketahui. Ingat, kita harus berkomunikasi dengan baik agar ayah ibu tahu apa yang kamu inginkan dan kami ingin kamu pun tahu pendapat dari kami tentang hal tersebut,” kata ayahnya saat Rinjani masih berumur 8 tahun.

Sebuah kalimat panjang yang selalu diingat Rinjani. Sebuah win-win solution yang tidak semua orang mendapatkannya. Ayah dan ibu tidak terlalu membebaskannya, tetapi tak juga mengekangnya. Demokratis.***

Halaman:

Tags

Terkini