Nilam juga pernah melompat pagar sekolah sebelum jam pulang demi bisa menonton pertunjukan teater kesukaannya.
Ajaibnya, saat orangtuanya diminta ke sekolah, mereka hanya mengangguk-angguk tanpa merasa terkejut sama sekali.
Bu Rinjani selaku guru bimbingan konseling dibuat gemas sendiri. Bagaimana bisa ada orangtua secuek ini terhadap anak-anaknya?
“Kami selalu membebaskan apa yang ingin anak lakukan. Anak-anak itu bebas berekspresi, Bu,” ujar Pak Buyung, ayah Nimas.
“Lagian Bu, apa salahnya anak mengeksplore banyak hal. Toh, Nilam juga selalu menerima konsekuensi dari tingkah lakunya. Lalu apa lagi?” lanjut Pak Buyung.
Bu Rinjani beralih menatap Bu Dahlia, ibu Nilam. Namun, perempuan itu mengangguk. Menyetujui apa yang dikatakan suaminya.
“Saya selalu yakin anak kami bisa menyelesaikan masalahnya sendiri,” kata Bu Dahlia kemudian.
Bu Rinjani memijat keningnya. “Ibu Bapak, saya tahu pola asuh apa yang ibu bapak terapkan pada Nilam. Namun, setiap pola asuh tak bisa murni berdiri sendiri ibu bapak.”
Baca Juga: BELUM TENTU! Muslimah yang Langgeng Pacaran Sampai Menikah Karena Allah Meridhoi Hubungan Mereka
“Ibu dan bapak harus tahu bahwa kebebasan yang diberikan tanpa kontrol, dapat membuat anak menjadi kurang disiplin. Nilam masih butuh kontrol dari orangtuanya, tidak semua yang ia inginkan bisa didapatkan. Nilam juga harus belajar disiplin pada aturan-aturan di lingkungannya.”
“Parenting yang bapak dan ibu berikan pada Nilam adalah pola asuh permissif. Anak diberikan kebebasan untuk memilih dan melakukan sesuatu tanpa dipertanyakan terlebih dulu. Memang bagus jika tujuannya membebaskan dan mengajarkan anak untuk belajar mengambil keputusan dan pemecahan masalah, tetapi tanpa kontrol yang baik, anak akan menjadi kurang disiplin,” lanjut Bu Rinjani menjelaskan.
“Lalu ibu ingin kamu menerapkan parenting otoriter?” tanya Pak Buyung sembari berkali-laki melihat jam dan menunjukkan gestur ingin segera pergi.
Baca Juga: Doa, Kesabaran, dan Surga : Apakah Keguguran Akan Membawa Muslimah Ke dalam Surganya Allah?