fiksi

Masa kesendirian Aini, Titik Balik Menemukan Cinta yang Sebenarnya, Cerpen Series Aini: Tak Untukku

Sabtu, 2 September 2023 | 12:35 WIB
Penerimaan kesendirian dan mencintai kehilangan, terus dilakukan aini ((Foto: GENMUSLIM.id/dok: Canva/Siti Maisyah))

“Bisa-bisanya gini, ujian banget”

“Istighfar neng, yoklah sini masuk mobil”

Sanisan menarik tubuh mungil Aini memasuki mobil yang terparkir dalam kesendirian, karena memnag mobil dinas biasa diparkir jauh dari tempat parkir pegawai biasanya.

Sanisa menjadi kikuk sendiri ketika ingat bahwa mereka itu akan pergi bersama Angga, sedangkan Aini bukan main cemasnya, entah sudah berapa kali ia meremas tangan Sanisan selama kurang lebih baru dua menit duduk di jok mobil berwarna abu itu.

Kadang kala remasan itu terasa menyakitkan membuat Sanisan sedikit menjerit dan membuat Angga melihat melalui rear vision mirror menanyakan dengan isyarat mata kepada Sanisan.

Baca Juga: Masa kesendirian Aini, Titik Balik Menemukan Cinta yang Sebenarnya, Series Aini: Masa

Bukan menjawab, ia malah tersenyum yang tentu tidak dijawab apa pun respons dari Angga, merkea berdua duduk di bangku penumpang membiarkan Angga sendirian di depan mengemudi.

Jarak lokasi shooting cukup memakan waktu dan membuat Aini memahami ketika timnya tidak kembali lagi ke kantor apabila ke lapangan dan membiarkannya dalam kesendirian.

Setelah diingat kembali, momen dan juga apa yang digambarkan terasa tidak asing. Benar saja ini adalah jalan menuju tempat alkena masa SMA-nya yang ia telusuri bersama Rio  di masa lalu mereka.

Kesendirian kini lebih ia syukuri, meskipun berandai tidak diperbolehkan tetapi ia masih sering memikirkan seandainya waktu kemarin ia habiskan berpacaran bisa ia tembus adalah dengan memanfaatkan apa yang dianggap tidak baik dari semua hal buruk yabg terjadi di sana.

Baca Juga: Puisi: Renungan Senja, Sebuah Karya yang Menceritakan Kerinduan Seseorang Pada Keluarga

Lokasi shooting cukup ramai dengan tim crew dan para artis yang tengah bersiap, Aini sempat dikagetkan dnegan suara perempuan memanggil Angga dari arah belakangnya. Dengan sigap badan beserta kepalanya melihat ke belakang.

Suara itu asing baginya dan benar saja ia tidak mengenal perempuan itu.

Baik Aini maupun Sanisan lebih kaget dengan yang terjadi selanjutnya, ketika perempuan itu memberikan sekantong bunga yang biasa untuk taburan kuburan.

“Emang ada adegan ke kuburan?”

Halaman:

Tags

Terkini