Beberapa menit lagi kereta ini mungkin akan melaju. Aku selalu memilih duduk di dekat jendela, karena ya rasanya selalu menyenangkan saja.
Aku bisa melihat pemandangan di luar kereta melalui jendela. Melihat langit yang berawan contohnya, seperti halnya namaku Awan.
Sembari menunggu kereta berjalan aku membaca buku kumpulan puisi Sapardi Djoko Damono, penulis favoritku. Tentunya sembari makan camilan keripik pisang yang juga favoritku.
Baca Juga: Cerpen Keluarga: Membawa Cerita Ke Pelukan Ibu Akan Selalu Menjadi Candu Bagi Seorang Kinasih
"Permisi, Dek. Saya duduk di sini, ya." Kulihat seorang lelaki tua yang memakai semacam topi koboi seperti di film-film, dia tersenyum ramah padaku.
"Oh, iya silakan, Kek."
Setelah itu aku dan Kakek Topi Koboi itu duduk bersebelahan.
Kereta yang kami naiki akhirnya mulai berjalan. Aku makin menikmati perjalanan ini.
"Suka baca ya, Dek? Kayaknya asyik kelihatannya sambil ngemil gitu," ucap Kakek Topi Koboi itu tiba-tiba sembari tertawa kecil membuatku menoleh ke arahnya.
"Eh, iya, Kek. Saya suka baca, oh iya mau keripik pisangnya juga, Kek? Barangkali mau coba," ucapku sembari menyodorkan keripik pisang dalam kemasan plastik di tanganku.
"Endak-endak terima kasih, Dek. Saya salut masih ada anak muda yang suka baca, lelaki pula." Dia memujiku sambil tersenyum membuatku salah tingkah dibuatnya.
"Ini isi waktu luang dan kebosanan aja, Kek," jawabku akhirnya.
"Bagus itu, saya juga suka baca. Tapi sayang sekarang endak bawa buku, tertinggal di rumah."
Aku hanya mengangguk dan menanggapi dengan kata 'oh begitu rupanya, Kek'. Setelah itu percakapan aku dan Kakek Topi Koboi terhenti beberapa saat.