Aku jadi ingat cerita diriku dan juga Ibu yang selalu menghabiskan waktu bersama. Bagiku Ibu bukan hanya sosok orangtua, tetapi juga teman, sahabat, bahkan guruku.
Ibu bisa menjadi apa pun yang anak-anaknya butuhkan. Ibu itu kadang menjadi perawat dadakan saat anaknya sakit, menjadi pelindung saat anaknya dalam bahaya, menjadi sosok teman saat anaknya ingin bermain. Ibu bisa jadi apa saja dalam keluarga.
Aku selalu membawa cerita apa pun ke pelukan Ibu. Bagiku hanya dia teman bercerita bahkan saat orang-orang belum tentu mau mendengarkan.
Bagiku Ibu adalah segalanya dan tidak akan pernah berubah.
Baca Juga: Cerpen Remaja: Like a Guardian Angel, Kei yang Dingin dan Sikap Manisnya kepada Keira (Part 1)
Pandanganku beralih pada seorang wanita paruh baya yang sedang bermain kejar-kejaran dengan anak perempuannya. Sang anak terlihat tertawa dan berusaha berlari dari kejaran ibunya.
Mereka tertawa bersama, sesekali sang ibu berhasil menangkap anaknya dan menggelitiki badannya. Mereka tampak bahagia.
Hal yang sederhana terkadang justru lebih istimewa dan bermakna.
Begitu juga yang aku rasakan. Aku selalu teringat bagaimana cerita aku dan Ibu dulu.
Saat aku masih kecil, Ibu selalu menjadi temanku untuk bermain, bercerita, dan teman melakukan apa pun yang aku mau.
Tanpa aku sadari, aku tersenyum begitu saja mengingat kejadian yang menyenangkan itu.
Wanita paruh baya dan anak yang kulihat tadi benar-benar mengingatkanku akan memori lama yang masih kusimpan sampai hari ini.
Baca Juga: Cerpen Teknologi: Kisah Perjalanan Bill Gates dan Paul Allen dengan Microsoft
Seorang Ibu pasti akan melakukan apa pun untuk membuat anaknya bahagia dan baik-baik saja. Hal itu juga yang dilakukan Ibu padaku.