GENMUSLIM.id - Aku memandang sebuah lukisan cantik yang terpajang di ruang tamu di rumahku.
Lukisan bunga teratai yang tumbuh cantik di sebuah kolam dilengkapi gambar seorang perempuan dan laki-laki yang duduk di pinggir kolam.
Aku tahu siapa perempuan dan laki-laki muda itu. Mereka tidak lain Bapak dan ibuku saat muda dulu. Lukisan ini buatan Bapak.
Satu-satunya barang yang bisa membantuku untuk mengobati rasa rindu pada Bapak.
Hidup tanpa figur seorang bapak sejak kecil tidaklah mudah bagiku. Kehilangan sosok seorang bapak bagi anak perempuan tentu begitu berat.
Bapakku meninggal sejak aku masih dalam kandungan Ibu. Sejak kecil sampai hari ini aku beranjak dewasa, aku hidup tanpa Bapak di sisiku. Hanya ada aku dan Ibu.
Di saat anak-anak lain tumbuh bersama kasih sayang ibu dan bapak mereka, aku harus hidup tanpa kehadiran sosok lelaki yang menjadi cinta pertama anak perempuan.
Di saat anak-anak lain tertawa dalam pelukan bapak mereka, aku hanya punya lukisan dan cerita-cerita tentang bapak dari Ibu. Hanya itu yang aku punya untuk menemani masa kanak-kanakku.
Namun, meskipun begitu aku tidak merasa kehilangan cinta Bapak.
Raganya memang tidak pernah bisa aku sentuh dan wajahnya tidak pernah bisa aku pandang secara utuh, tetapi cinta Bapak selalu hadir dalam hidupku melalui cerita-cerita Ibu tentang Bapak.
Baca Juga: Cerpen Keluarga: Omelan Laras Pada Landai Adalah Bahasa Cinta dan Bentuk Kasih Sayang Sebagai Kakak
Meskipun aku sering mengalami kesulitan dalam menjalani hidup tanpa kehadiran Bapak di sisiku, tapi Ibu selalu ada bersamaku sampai hari ini.
Dia tidak pernah membuat Bapak benar-benar tiada, karena Bapak selalu hidup dalam cerita-cerita dan pesan-pesan yang Ibu sampaikan padaku.