fiksi

Ketika Aku Mati, Cerpen Kehidupan Tentang Kematian Datang Kepada MakhlukNya

Selasa, 22 Agustus 2023 | 15:35 WIB
kematian datang menjadikan kesedihan karena cinta yang hadir di mata orang-orang, sudah saatnya datang ke kuburan sepi dan gelap seorang dir (GENMUSLIM.id/dok: Canva)
GENMUSLIM.id- Rumah itu tampak ramai dengan orang berbaris seperti menunggu giliran, nampaknya terdapat kesedihan karena cinta atau tersebab kematian datang kepada seseorang.
 
Aku menunggu kain di atas wajah disingkap, kesedihan karena cinta yang ada di mata-mata mereka tidak seutuhnya tulus dan seolah kematian datang hanya sesaat, lantas mereka tinggalkan pergi begitu saja.
 
Lama aku menatap terang tangisan berair mata tersebut, kesedihan karena cinta atau bukan air mata itu? Tidak terdefinisi dengan baik meskipun alasannya kematian datang pasti nanti juga berhenti saat dikuburkan.
 
 
Aku duduk tenang di depan pintu sebelum kain itu terbuka sebab orang yang kesedihan karena cinta ini ingin melihat siapa yang kematian datang kepadanya.
 
Belum genap lima belas kali tarikan napas, aku tercekat lebih banyak sedihnya dibanding mereka yang sedari tadi kusebut kesedihan karena cinta dalam tangisnya.
 
Wajah yang sangat aku kenal di balik kain itu sebentar lagi menuju kuburan sepi dan gelap, kematian datang itu adalah diriku sendiri.
 
Aku menyaksikan kematian datang kepada diri ini sendiri, melihat hilir mudik, keluar masuk rumahku sembari menangis dan ada yang terus membacakan ayat suci al-qur’an terus menerus begitu, nampaknya kesedihan karena cinta akan segera aku lakukan.
 
 
Kenapa aku bisa terbaring di sana, sedangkan aku melihatnya, apakah seperti di film-film tentang kematian datang dan rohnya terbang entah ke mana.
 
Ada om dan tanteku yang biasa menanyakan semua kondisi terkini, ku anggap peduli tapi lama kelamaan semakin menjengkelkan, sebelum kematian datang kepadaku, biasanya pertanyaan pertama yang meluncur saat aku menyalami tangannya adalah tentang kapan menikah.
 
Usiaku baru genap seperempat abad bulan kemarin pertanyaan semakin menjadi saat angka tersebut mencuat, mungkin kematian datang agar ia tidak bisa menanyakannya kembali.
 
Mereka berdua seperti memiliki kesedihan karena cinta memandangiku, mungkin benar peduli selama ini mereka sellau menanyakan itu hanya aku bosan selalu mendengar dari mereka terus-menerus tiada heningnya.
 
Lama memandangi mereka mencium pipi kanan dan kiriku yang selanjutnya pergi dengan mengelap ingus bening dari hidungnya.
 
Lima menit berselang, seorang lagi datang dan membuatku cukup kaget dengan kedatangan makhluk ini, berharap aku bisa sekadar memukul kepalanya yang dahulu mengejar ku, berbual dengan alasan kesedihan karena cinta, membawa ku kepada maksiat dan pergi menyakiti.
 
Aku ingin lihat apakah tangisnya lebih kencang dari kesedihan karena cinta kemarin atau kematian datang kepada ku hanya peristiwa yang mesti dirayakannya saja, setelah itu usai.
 
Matanya telah merah seperti menahan sesuatu yang akan segera tumpah, bersimpuh ia tak menyentuh sama sekali dan terdengar maaf yang membuat ku juga menangis melihatnya.
 
Kematian datang ini seolah menjadi nuansa kebenaran tentang kebenaran kesedihan yang ada, kesedihan karena cita atau hanya soal hilang saja diri ini, sesaat menjadi euforia dan hilang.
 
Ia pergi, begitu saja. Salah satu hal yang tidak akan ku ulang adalah berada dalam cinta semu bersamanya, hanya menyatakan ia sudah dalam jalan kebenaran yang ditandai dengan tangisnya.
 
Usainya semua itu serombongan membawa ku pergi ke pemandian terakhir, terlihat adik yang biasa membuat ku berteriak mengajak bertengkar atau memusingkan aku sesaat.
 
Semerbak barus berkumandang ke hidung, menyapa kematian datang kepadaku . sudah tidak dapat terbaca semua ekspresi orang-orang, cuma bisa isakan yang telah diucapkan. Aku menuju kuburan sepi dan gelap, diiringi ayah dan ibu yang nampaknya telah lelah menangis, terlihat mata itu besar dari biasanya.
 
Aku ingin memeluk mereka menenangkan tentang kematian datang bukan perpisahan yang terjadi, melainkan hanya sesaat berpisah sementara dari dunia.
 
 
Kematian datang dengan kesedihan karena cinta yang telah banyak orang rasakan, meski tak sedikit yang terlihat biasa saja.
 
Kakak-kakak ku memeluk semua adik-adik, menenangkan kematian datang bukan sebuah yang harus disesali.
 
Kafan menutup ku, aku tersenyum di balik itu, sudah bersih dan wangi pandang seisi ruangan dengan kapur barus ditaburkan menjadi ciri khas kala kematian datang.
 
Menuju kuburan sepi dan gelap yang kala aku hidup tak bisa kubayangkan. Kini, sudah di depan mata kematian datang dan kesedihan karena cinta sudah aku keluarkan.
 
Aku terbangun. Semua menatap ku bingung.***
 
Sobat muslim yang baik hatinya, ingin mendapat berita update setiap hari Genmuslim.id? Ayo gabung di grup telegram "GENMUSLIM NEWS", caranya klik link https://t.me/genmuslimnews, kemudian join. langkah pertama instal aplikasi telegram di ponsel.
 
 
 

Tags

Terkini