fiksi

Cerpen Pesan-Pesan Bapak untuk Anak Bujangnya: Lelaki itu Bukan Cuma Harus Berani, Tapi Juga Bertanggung Jawab

Jumat, 11 Agustus 2023 | 10:10 WIB
Cerpen pesan bapak untuk anaknya tentang lelaki yang harus berani tapi juga bertanggungjawab. (GENMUSLIM.id/dok: Pexels/Juan Pablo Serrano Arenas)

GENMUSLIM.id- Malam itu aku duduk di teras rumah seperti biasanya, menikmati keheningan malam sambil  bermain gitar yang meskipun sudah usang tapi suaranya masih terbilang merdu dan enak didengar.

Baru saja aku berniat untuk memetik senar gitarku dan bernyanyi, terdengar suara mesin motor yang mendekat. Itu pasti Bapak.

Tebakanku benar, sebuah motor beat berwarna hitam berhenti di pekarangan rumah. Bapak turun dari motornya dan berjalan ke arahku. Terlihat sekali ada rasa lelah yang begitu berat di wajahnya, tetapi dia tak pernah mengatakannya.

Ia tersenyum ke arahku dan berkata, "Masih main gitar, Ling?"

Baca Juga: Kamu Merasa Sudah Dewasa? Intip Empat Respon Marah yang Menunjukkan Kedewasaan dari Sudut Pandang Psikologi

"Iya, Pak. Baru mau mulai, eh lihat Bapak pulang," ucapku setelah mencium tangannya.

Aku dan Bapak kini duduk bersebelahan, lelaki itu membuka jaket hitam yang melekat di tubuhnya. Bapak bekerja sebagai tukang ojek, profesi itu yang ia jalani untuk membiayai aku dan dua adikku sekolah. Sekarang aku sudah duduk di bangku kelas tiga SMA.

"Ibu dan adik-adikmu sudah tidur?"

"Kalau Rigan sama Saril sudah kayaknya, Pak. Cuma Ibu mungkin di dapur. Mau ngopi, Pak? Lingga bikinin sekalian buat temen ngobrol kita." Aku terkekeh pelan dan Bapak pun mengangguk pertanda menyetujui usulanku.

Baca Juga: Mirip Zoom, Aplikasi WhatsApp Resmi Perkenalkan Fitur Terbaru Screen Sharing untuk Video Call

Entah sejak kapan rutinitas ini berjalan, tetapi ini seperti sudah menjadi kebiasaan. Menunggu Bapak pulang dan mengobrol dengannya seperti menjadi hal-hal yang kutunggu setiap harinya dan aku selalu tidak sabar. Mengobrol dengan Bapak seperti berbincang dengan teman sebaya. Menyenangkan.

Aku kembali dengan dua gelas kopi hitam yang akan menemani malam menyenangkan aku dan Bapak. Kuletakan dua gelas kopi itu di meja lalu kembali duduk di samping Bapak.

"Gimana sekolahmu, Ling? Persiapan untuk ujian gimana?" Bapak memulai pembicaraan sembari menyesap segelas kopi yang sudah ada di tangannya.

"Lancar-lancar aja, Pak. Enggak ada masalah. Ya, meskipun Lingga bukan murid yang punya gelar juara kelas tapi Lingga akan berusaha belajar dengan baik, Pak. Seenggaknya biar enggak buat Bapak sama Ibu malu."

Halaman:

Tags

Terkini