Baca Juga: Jangan Lakukan Hal Ini pada Anak Laki Laki Meskipun Hanya Bercanda! Dampaknya Bisa Merusak Mental
Lari penulis ke rak-rak bukunya, mengapit satu demi satu buku yang bisa jadi ada ide di dalamnya.
Tidak sabar membuka, membaca, kesukaannya sedari bayi apabila sudah bisa membaca. Sayangnya saat bayi tidak diajarkan membaca.
Penulis masih tak ada ide.
Cerpen masih belum ada, ide masih alfa dan duduk jadi kebiasaan penulis sampai satu bulanan.
Baca Juga: Anda Harus Tau, Inilah 5 Peristiwa Luar Biasa saat Kelahiran Nabi Muhammad SAW? Simak Penjelasannya
Di hari ke-30, seorang rupawan menghampirinya dengan membawa parcel buah.
Penulis itu bertanya siapakah gerangan yang datang dan kini duduk di sampingnya ini, mengenalkan diri bahwa ia adalah tokoh yang diciptakan oleh penulis.
Penulis mengingat tokoh tersebut dan menyebutkan semua yang ia ingat, sangat senang.
Rasanya seperti mendapat hadiah, penulis tidak peduli ide di kepalanya belum muncul atau karya cerpen belum ada dihasilkan.
Baca Juga: Yuk Simak Di Sini: Pentingnya Memilih dan Mencari Pasangan yang Sekufu dalam Pernikahan yang Abadi!
Bahkan pesan penerbit yang meminta naskahnya pun tidak dihiraukannya, asyik merasa seperti bertemu teman lama.
Hingga sore menjelang, penulis mengajak tokoh tersebut masuk untuk melanjutkan cerita bersamanya, mungkin saja karya akan didapat.
Bukan ide yang muncul, melainkan ingatan tentang tokoh yang baru ia ingat dalam alurnya merendam dengan garam protagonis dalam cerpen.
"Apakah kau sudah mengingat penuh aku?"***